Selasa 29 Nov 2022 21:45 WIB

Kota Palu Catat 151 Kasus HIV/AIDS dalam 10 Bulan

Kota Palu siapkan langkah strategis penanggulangan HIV/AIDS.

Dinas Kesehatan Kota Palu menemukan kurang lebih 151 kasus HIV/AIDS di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu dalam kurun waktu 10 bulan terakhir atau periode Januari hingga Oktober 2022.
Foto: ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/hp.
Dinas Kesehatan Kota Palu menemukan kurang lebih 151 kasus HIV/AIDS di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu dalam kurun waktu 10 bulan terakhir atau periode Januari hingga Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Dinas Kesehatan Kota Palu menemukan kurang lebih 151 kasus HIV/AIDS di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu dalam kurun waktu 10 bulan terakhir atau periode Januari hingga Oktober 2022. "Terjadi penambahan 38 kasus dibandingkan tahun 2021 sekitar 113 kasus warga terinfeksi," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Palu, Rochmat Jasin ditemui di Palu, Selasa (29/11/2022).

Ia mengemukakan, dengan angka kasus sebanyak ini maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis pencegahan dan penanggulangan supaya tidak menginfeksi orang lain. Sebab, dampak ditimbulkan dari penyakit tersebut bila tidak ditangani dengan cepat, dapat menimbulkan kematian.

Baca Juga

"Dinas Kesehatan Kota Palu melakukan upaya pencegahan kasus seperti ini melibatkan petugas kesehatan di masing-masing Puskesmas melalui promosi kesehatan (promkes) kepada masyarakat," ujar Rochmat.

Menurut dia, promkes tidak cukup hanya dilakukan dalam waktu singkat, langkah ini harus berkesinambungan dengan melibatkan berbagai pihak.

Sebab, kasus ini seperti fenomena gunung es, semakin intensif petugas kesehatan berkolaborasi lintas sektor dan kelompok masyarakat peduli AIDS melakukan konseling maupun penelusuran, maka akan semakin banyak ditemukan orang terinfeksi.

"Satu kasus ditemukan maka rantai penularannya wajib di temukan. Dari satu kasus itu juga tidak menutup kemungkinan menginfeksi orang lain, sehingga perlu kecermatan penelusuran di lapangan," ucap Rochmat.

Ia menuturkan, salah satu penularan penyakit ini melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi dan tanpa menggunakan alat pengaman. Penularannya pun sangat cepat, hingga berdampak pada menurunnya sistem kekebalan tubuh ke titik paling lemah mengakibatkan berbagai masalah kesehatan dari tahap ringan hingga berat.

"Semakin banyak kasus ditemukan, semakin cepat pula kita melakukan pengendalian penularan. Itu sebabnya petugas kesehatan sering mengedukasi masyarakat, karena penyakit ini berbahaya," kata Rochmat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement