Senin 28 Nov 2022 14:32 WIB

Polres Tasikmalaya Kota Selidiki Dugaan Kekerasan di Pesantren

Laporan kekerasn dibuat oleh orang tua korban santri di Ponpes Tasikmalaya

Rep: Bayu Adji P/ Red: Nur Aini
Garis Polisi (ilustrasi) Kepolisian Resor (Polres) Tasikmalaya Kota menerima laporan terkait dugaan aksi kekerasan di lingkungan pondok pesantren.
Foto: Antara/Arif Pribadi
Garis Polisi (ilustrasi) Kepolisian Resor (Polres) Tasikmalaya Kota menerima laporan terkait dugaan aksi kekerasan di lingkungan pondok pesantren.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kepolisian Resor (Polres) Tasikmalaya Kota menerima laporan terkait dugaan aksi kekerasan di lingkungan pondok pesantren. Laporan itu dibuat oleh orang tua santri yang diduga menjadi korban kekerasan tersebut.

Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Tasikmalaya Kota, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Agung Tri Poerbowo, membenarkan adanya laporan terkait dugaan kekerasan terhadap santri di salah satu pesantren di wilayah Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Kasus itu diduga terjadi pada Senin (21/11/2022) sekitar pukul 23.00 WIB. "Kasus itu dilaporkan tanggal 24 November. Kejadian tersebut terjadi di salah satu pesantren di wilayah Cisayong," kata dia, Senin (28/11/2022).

Baca Juga

Ia menjelaskan, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, terdapat salah satu santri yang menuduh korban. Namun, korban tidak mengakui bahwa dia mencuri. Akhirnya, santri yang menuduh itu menjadi kesal dan melakukan pemukulan.

Berdasarkan kronologi yang didapat Republika.co.id dari keterangan orang tua korban, korban yang masih berusia 14 tahun dipanggil ke kobong oleh terlapor untuk ditanya mengenai masalah pencurian. Di tempat itu, korban mengaku tidak melakukan pencurian.

Terlapor kemudian marah melakukan pemukulan ke bagian wajah korban. Korban juga ditendang oleh terlapor, diikuti oleh terlapor lainnya. Saat aksi itu, lampu kobong dimatikan oleh para terlapor, yang juga berstatus sebagai santri.

Akibat kejadian itu, korban mengalami luka di bagian badannya. Korban juga sempat berobat ke RSUD dr Seokardjo Kota Tasikmalaya, sebelum melaporkan kasus itu ke aparat kepolisian. "Dalam hal ini, kami pihak kepolisian Polres Tasikmalaya Kota masih melakukan penyelidikan. Sudah ada yang diperiksa, kita sudah memeriksa korban dan kita sudah memeriksa saksi-saksi juga," kata Agung.

Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar), Uu Ruzhanul Ulum, mengaku prihatin dengan dugaan aksi kekerasan yang terjadi di lingkungan pesantren itu. Apalagi, kekerasan itu diduga dilakukan oleh santri. "Yang namanya santri harus ada pembeda dengan pelajat lain. Santri itu kan belajar ilmu yang bersifat ukhrowi, di sana intinya adalah kecintaan terhadap Allah yang diimplementasikan dalam moral sehari-hari. Jadi ironi kalau seorang santri seperti itu," kata dia.

Uu menyesalkan adanya kejadian itu di pesantren. Ia berharap, para pengasuh di pesantren bisa lebih memperhatikan perilaku para santri. "Saya harap ini tidak terulang kembali," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement