REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Niko Subarkah (38 tahun) masih ingat pilu yang ia rasakan saat tiba di Kampung Puncak Manis, Desa Sukajaya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur yang terdampak gempa pada Senin (21/11/2022). Ratusan korban dilihatnya berbaring di tumpukan jerami, banyak yang terluka hingga rumah-rumah luluh lantak.
Niko adalah relawan yang datang beberapa jam setelah bencana terjadi. Menurutnya, bahkan hingga hari kedua pasca bencana, banyak korban tidak makan karena ketiadaan bantuan.
"Kemarin pas saya pulang ke sini saya langsung cek lokasi titik-titik yang bisa saya jangkau. Mereka tidur di alas dengan jerami, makanya saya minta tolong untuk terpal dan tenda, selebihnya logistik. Mereka juga belum makan dari pagi sampai sore," kata Niko yang dulunya juga besar di Kampung Puncak Manis dan punya keluarga di sana, Rabu (23/11/2022).
Dia menjelaskan, mobil-mobil bantuan memang dilihatnya lalu-lalang tapi tidak berhenti untuk memasok bantuan untuk kampungnya. Bantuan saat itu dinilainya hanya diberikan ke wilayah yang dekat dengan jalan-jalan besar. Sehingga, Kampung Puncak Manis yang jauh dari jalan besar tidak mendapat bantuan.
"Yang saya sedih itu bantuan melewat saja. Dia fokus ke atas (dataran lebih tinggi) karena kebanyakan yang di atas kan di pinggir jalan rumah yang ambruk, jadi lebih mudah dan mungkin mereka cari yang terlihat,"ujanrya.
"Mereka lihat ini (kampungnya) baik-baik saja, mereka tidak tahu kalau di dalamnya seperti apa,"tambahnya.
Ketegangan sempat terjadi antara masyarakat yang menunggu bantuan dengan pemerintah desa. Tapi situasi itu cukup bisa diredam sehingga tidak memperburuk kondisi.
"Saya tetap bilang jangan minta-minta (bantuan) di jalan. Jangan seperti yang kejadian, korban dilempari makanannya dari mobil. Biar saya yang mencari bantuan dengan relasi dan teman teman,"katanya.
Bantuan relawan dan Baznas
Karena kondisi miris ini, Niko kemudian meminta bantuan kepada relasinya seperti Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) dan beberapa organisasi yang diikutinya sehingga mendapat bantuan tenda dan terpal untuk pengungsi. Dia juga akhirnya mendapat bantuan pangan dan kebutuhan dapur umum dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Setidaknya ada tujuh titik pengungsian yang telah didirikannya bersama relawan lain dari target 17 titik. Bantuan pangan Baznas juga membantu hampir 400 warga yang menjadi korban gempa.
"Sangat-sangat terbantu. Mereka ketika saya ngasih logistik, setelah pasca tiga hari baru ada bantuan, mereka nangis histeris. Kebetulan saya orang sini asli dan mereka tahu saya. Karena almarhum bapak pernah jadi kepala desa," katanya.
Sementara Ketua Baznas RI Bidang Pendistribusian dan pendayagunaan, Saidah Sakwan mengatakan, pihaknya telah terjun membantu korban di wilayah pelosok sejak Selasa (22/11/2022). Pihaknya banyak berfokus membantu korban di daerah pelosok yang sukit tersentuh bantuan.
"Dapat informasi 100-an warga belum mendapatkan bantuan sama sekali, kekurangan makan dan berada di bawah tenda terpal lusuh yang memprihatinkan. Sebagian besar wanita dan anak-anak,"katanya.
Baznas disebutnya telah mendistribusikan puluhan tenda dan membuat dapur umum di berbagai titik pengungsian. Pihaknya akan membantu para korban hingga masa tanggap darurat dicabut.
"Sampai masa tanggap darurat dicabut oleh Bupati dan akan dilanjutkan program recovery rekonstruksi," tuturnya.