REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Independent Geologist, Awang Harun Satyana, mengatakan, gempa di cianjur yang merenggut nyawa hingga 271 orang itu bukan disebabkan oleh sesar Cimandiri. Menurut hasil penelusuran terbaru para ahli menyebutkan, bahwa lokasi gempa tidak berada di jalur sesar Cimandiri.
"Gempa Cianjur posisinya di sini, jauh di utara, jadi boleh dibilang kalau ini bukan sesar Cimandiri," kata Awang dalam diskusi daring Webinar Lustrum III FTG Unpad, Edisi Khusus Gempa Cianjur, Kamis (24/11/2022).
Awang menjelaskan, zona Sesar Cimandiri memang membentang dari sungai Cimandiri di Pelabuhan Ratu hingga melewati Cianjur. Titik gempa Cianjur ini kata dia, berada di 12 kilometer dari jalur peta sesar Cimandiri.
Ketika ada yang menyebutkan bahwa gempa Cianjur merupakan akibat sesar Cimandiri, menurutnya itu hanya ulasan awal saja yang memang perlu ditindak lanjuti. "Lalu ini sesar apa? Yang jelas ini tidak terpetakan," kata Awang.
Ada dua kemungkinan, lanjut dia, pertama sesar lama yang sudah terbentuk bersamaan dengan sesar cimandiri, sehingga arahnya sama tapi kemudian ditutup oleh endapan vulkanik. Kedua sesar baru yang baru dibentuk kemarin oleh gempa itu.
Lalu mengapa gempa dengan kekuatan 5,6 SR itu bisa memporak porandakan Cianjur. Menurutnya peristiwa ini cukup mirip dengan gempa Yogyakarta pada 2006 silam. "Di 2006 di Yogya juga terjadi gempa, dibatasi kulon progo dan wonosari sementara cekungan jogja diisi endapan vulkanik dari merapi, akibatnya dengan kekuatan gempa 6,2 itu sangat teramplifikasi di dalam saja terus menerus akibatnya korban sampai 6000 orang," kata dia.
"Begitu juga dengan gempa di Cianjur, pertama posisinya ada di lereng gunung gede sampe ke kaki, kedua dia merupakan endapan vulkanik yang sangat muda, jadi begitu ada gempa energinya teramplifikasi sendiri," jelasnya.
Ditambah lagi ada longsor dan rumah-rumah kampung yang dibangun tanpa engineering equity, sehingga menyebabkan puluhan ribu rumah rusak, jalanan retak.