Rabu 23 Nov 2022 03:19 WIB

Dokter: Polio Bisa Dicegah dengan Imunisasi Lengkap

Vaksin polio sebaiknya harus sudah dilengkapi sebelum anak menginjak usia lima tahun.

Tenaga kesehatan memberikan imunisasi polio kepada seorang balita di Puskesmas Dago, Bandung, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Kementerian Kesehatan mendeklarasikan Kejadian Luar Biasa (KLB) polio menyusul penemuan satu kasus polio tipe 2 di Aceh.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Tenaga kesehatan memberikan imunisasi polio kepada seorang balita di Puskesmas Dago, Bandung, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Kementerian Kesehatan mendeklarasikan Kejadian Luar Biasa (KLB) polio menyusul penemuan satu kasus polio tipe 2 di Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- NPO Surveillance WHO Indonesia dokter Musthofa Kamal mengatakan bahwa polio bisa dicegah. Caranya dengan melakukan imunisasi lengkap dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"Polio bisa dicegah. Artinya kalau kita sudah imunisasi lengkap yaitu bOPV (vaksin tetes) 1, 2, 3, 4, dan ditambah satu IPV (vaksin suntik), dan juga menerapkan PHBS, Insya Allah tidak akan terinfeksi," katanya dalam bincang-bincang kesehatan yang digelar daring diikuti di Jakarta, Selasa (22/11/2022).

Baca Juga

Musthofa menjelaskan, imunisasi menjadi cara paling efektif yang bisa didapatkan secara mudah dan gratis di puskesmas terdekat untuk melindungi anak dari berbagai penyakit termasuk polio. Vaksin tetes untuk polio, kata dia, diberikan saat anak berusia satu bulan, dua bulan, tiga bulan, dan empat bulan. Sedangkan vaksin suntik diberikan saat anak berusia empat bulan.

"bOPV itu vaksin untuk melindungi polio tipe 1 dan 3, kalau IPV itu 1, 2, dan 3. Jadi kenapa harus semuanya dapat, harus lengkap? Ya karena supaya perlindungannya juga lengkap dari tipe 1, 2, dan 3," katanya.

Ia menambahkan, vaksin polio tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada orang dewasa. Sehingga, vaksin polio sebaiknya harus sudah dilengkapi sebelum anak menginjak usia lima tahun.

Mengenai penerapan PHBS, Musthofa mengatakan hal ini penting dilakukan sebab polio merupakan penyakit yang dapat menular secara fekal-oral, yaitu saat patogen dalam tinja berpindah ke mulut. Salah satu contoh yang dapat menjadi jalur penularan virus polio, kata dia, adalah tidak mencuci tangan dengan benar setelah buang air besar kemudian memegang makanan yang dimakan bersama.

Kemudian, lanjut dia, air yang tercemar juga bisa menjadi salah satu sumber penularan polio. Contohnya, ketika buang air dilakukan di tempat yang tidak sesuai standar seperti sungai, kemudian air sungai tersebut digunakan untuk beraktivitas dan bermain anak-anak.

"Pastikan anak-anak kita terlindungi. Faktor risikonya kita kurangi dengan perilaku hidup bersih dan sehat, karena memang untuk polio ini sangat lekat sekali dengan penggunaan air yang terkontaminasi atau tercemar oleh tinja yang mengandung virus polio," ujar Musthofa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement