Senin 21 Nov 2022 20:29 WIB

Seminar Pancasila Bahas G20 Bali Berhasil Bawa Pancasila untuk Dunia

Bung Karno menawarkan Pancasila sebagai nilai yang mendamaikan dan menyatukan

BPIP menyelenggarakan kembali Seminar Pancasila Series 5, Senin (21/11/2022) sebagai pamungkas dari seluruh rangkaian Seminar Pancasila di tahun 2022.
Foto:

 

Ia juga mengajak para pemuda untuk bergotong royong menarasikan Pancasila dan menyebarkannya kepada publik. “Saya mewakili anak muda, mengajak ayo kita berdialog lagi tentang bangsa dan negara kita. Pada ajang Miss Universe akhir tahun ini, semoga saya bisa menang agar lebih mudah mengenalkan Indonesia kepada dunia, termasuk menarasikan Pancasila sebagai ideologi alternatif bagi perdamaian dunia,” ungkap Laksmi. 

Dari sesi pertahanan, Wakil Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI Brigjend TNI Heru Langlang Buana menyebut para prajurit yang dikirim ke kawasan konflik telah mampu membawa nilai-nilai Pancasila bagi perdamaian dunia. “Secara operasional, TNI memiliki peran khusus, melaksanakan perdamaian dunia di negara konflik sebagai etalase bangsa Indonesia, seperti melakukan negosiasi yang berdampak besar,” ungkap Heru.  

Heru juga menuturkan melalui para prajurit yang bertugas, negara-negara lain mengapresiasi bangsa Indonesia dengan semangat perdamaian, persatuan, dan keadilan yang terkandung dalam ideologi Pancasila. “Kita di sini sudah mempunyai Pancasila yang sudah teruji kesaktiannya. Menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengimplementasikannya,” tutur Heru. 

Penulis buku Pancasila dari Indonesia untuk Dunia, Bernada Rurit, menjabarkan isi dari buku yang tengah disusunnya. Dalam buku tersebut tertuang sejarah lahirnya Pancasila, pemikiran-pemikirin para pendiri bangsa, hingga kutipan dari Bung Karno. 

“Pancasila sudah dikenalkan Bung Karno dalam sidang PBB tahun 1960. Bung Karno menawarkan Pancasila sebagai nilai yang mendamaikan dan menyatukan,” tutur Rurit.

Rurit berharap, dari perhelatan G20 para pemimpin dunia terkesan dengan keramahan dan penyambutan bangsa Indonesia sehingga mereka mencari tahu nilai-nilai yang masyarakat Indonesia pedomani. “Globalisasi menjadikan kita semua terhubung. Anak muda perlu merepresentasikan Pancasila dengan menunjukan sikap toleran dan terbuka. Melakukan sinkronisasi antara tindakan dan kata-kata itu lebih penting,” pungkas Rurit. 

Diplomat RI sekaligus Sekretaris Pertama PTRI Jenewa, Nara Masista Rakhmatia, menyoroti keberhasilan Indonesia dalam presidensi G20 yang telah membuka pintu negara-negara berkembang lainnya, berperan juga dalam presidensi G20 selanjutnya. "Upaya negara G20 mengesampingkan ego negara masing-masing sebagai bentul penghormatan kepada Indonesia sebagai keketuaan KTT G20,” ungkap Nara. 

Ia juga menyebut, jika Indonesia ingin Pancasila benar-benar menjadi ideologi alternatif perdamaian yang diimplementasikan oleh masyarakat dunia maka masyarakat Indonesia harus berkomitmen menerapkan Pancasila terlebih dahulu. “Pancasila tidak dapat disandingkan dengan nilai-nilai dari negara lain. Jika kita ingin menularkan nilai-nilai baik dalam Pancasila maka kita harus menerapkan terlebih dahulu. Harus menjadi promotor norma-norma dalam Pancasila yang akan diinternalisasi menjadi nilai-nilai dunia,” ungkap Nara. 

Pada ujung diskusi, kelima narasumber sepakat bahwa tugas masyarakat Indonesia saat ini untuk meneruskan upaya Bung Karno di dunia internasional. Aura Pancasila yang terpancar dalam G20 mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan. Maka para narasumber berpendapat, perbedaan harus dirayakan bukan dinistakan. Berbeda tidak perlu disamakan dan yang sama tidak perlu dibeda-bedakan.  

Selain narasumber, dalam Seminar Pancasila Series 5 ini hadir pula Anggota Dewan Pengarah BPIP Rikard Bagun, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Prakoso, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Beny Susetyo, Direktur Hubungan Antar Lembaga dan Kerja Sama Elfrida Herawati Siregar, Direktur Penyusunan Rekomendasi Kebijakan dan Regulasi R. Dian M. Johan Johor Mulyadi, Direktur Sosialisasi dan Komunikasi, M. Akbar Hadiprabowo, Kepala Biro Pengawasan Internal, Abbas, serta civitas akademika Universitas Udayana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement