Senin 21 Nov 2022 19:15 WIB

Pasien Polio di Aceh Sudah Mulai Bisa Berjalan

Keadaan tungkai pasien polio di Aceh membaik 60 persen.

 Petugas Puskesmas menyiapkan vaksin polio sebelum melakukan vaksinasi polio di Puskesmas Banda Aceh,Senin, 21 November 2022. Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa Indonesia berisiko tinggi penyebaran virus polio karena cakupan vaksinasi polio yang rendah, setelah kasus poliomielitis terdeteksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Petugas Puskesmas menyiapkan vaksin polio sebelum melakukan vaksinasi polio di Puskesmas Banda Aceh,Senin, 21 November 2022. Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa Indonesia berisiko tinggi penyebaran virus polio karena cakupan vaksinasi polio yang rendah, setelah kasus poliomielitis terdeteksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Dinas Kesehatan Aceh menyatakan kondisi bocah 7 tahun yang terinfeksi virus polio di Kabupaten Pidie semakin membaik. Ia sudah mendapatkan penanganan dari tim dokter di provinsi paling barat Indonesia itu.

"Pada saat datang lumpuh, sama sekali tidak bisa jalan. Kemudian ditangani tim dokter kita di Pidie, saat ini kami lihat, waktu kita ke sana, sudah bisa jalan," kata Kepala Dinkes Aceh Hanif di Banda Aceh, Senin (21/11/2022).

Baca Juga

Ia menjelaskan secara medis, kekuatan tungkai bocah itu sudah membaik sekitar 60 persen, meskipun belum mencapai normal. Hal ini sangat diuntungkan karena bocah ini cepat dapat penanganan ketika dinyatakan terinfeksi polio.

Karena, lanjut dia, apabila telat mendapatkan penanganan maka berpotensi mengalami lumpuh permanen, bahkan menjadi penyebab kematian. "Kalau telat penanganan yang ditakutkan lumpuh permanen, kemudian bisa menyebabkan kematian, apalagi kalau menyerang otot-otot pernapasan. Tapi Alhamdulillah penanganan saat ini saya melihat progres penyembuhan sangat bagus," ujar Hanif.

Hanif menambahkan bocah ini tidak memiliki riwayat imunisasi lengkap. Dalam keluarga, hanya dirinya yang tidak mendapatkan imunisasi, sementara adik dan kakaknya semua mendapatkan imunisasi.

"Cerita orang tuanya, saat dibawa imunisasi, kebetulan dia demam, jadi orang tuanya tidak melakukan imunisasi. Kalau adik dan kakaknya ada, cuma dia sendiri yang tidak ada. Jadi kita bersyukur surveilans cepat tanggapnya," ujarnya.

Menurut Hanif, ini merupakan kasus pertama ditemukan di Aceh setelah 16 tahun silam. Terakhir, kasus polio tipe satu ditemukan di Aceh Tenggara pada tahun 2006. Dan kasus tipe dua yang terdeteksi saat ini di Tanah Rencong merupakan kasus pertama ditemukan di Indonesia.

Sehingga ini dianggap kasus nasional, dan harus secara bersama-sama berkolaborasi dalam upaya melakukan penanganan pasien maupun mencegah munculnya kasus baru. "Kita sama-sama dengan Kemenkes, Dinkes Pidie dan Dinkes Aceh, pemerintah pusat, provinsi hingga kabupaten untuk penanganan ini," ujarnya.

Target pada 2026 kita eradikasi (polio), jadi masih ada waktu, mudah-mudahan tidak ada kasus baru, ujarnya lagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement