Ahad 20 Nov 2022 06:35 WIB

Respons KLB Polio, Pemerintah Lakukan Imunisasi di Aceh 

Tidak diimunisasi menjadi pemicu utama munculnya KLB polio

Seorang anak balita mendapatkan vaksin polio (ilustrasi). Tidak diimunisasi menjadi pemicu utama munculnya KLB polio
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Seorang anak balita mendapatkan vaksin polio (ilustrasi). Tidak diimunisasi menjadi pemicu utama munculnya KLB polio

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan merespon kejadian luar biasa (KLB) polio dengan imunisasi yang akan dilaksanakan di Provinsi Aceh.

"Respons-respons penanggulangan KLB itu kita akan melakukan outbreak respond imunisasi, juga cakupan imunisasi kita tingkatkan," ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Dr dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS di Jakarta, Sabtu (20/11/2022).

Baca Juga

Maxi mengatakan imunisasi akan dilakukan di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh dimulai tanggal 28 November 2022. Diharapkan hingga selesai pada tanggal 5 Desember 2022 di seluruh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Aceh.

Saat ini pemerintah masih berkonsultasi dengan WHO, agar dapat melakukan imunisasi pada anak usia kurang dari 13 tahun. 

Selain itu, pemerintah juga melakukan surveilans aktif ke Puskesmas untuk melihat apabila ada yang belum terlaporkan pada anak di bawah 15 tahun yang mengalami flaccid atau lumpuh secara mendadak.

"Kita lagi mempersiapkan vaksin, sudah siap untuk melakukan outbreak respons imunisasi. Yang di Pidie mulai tanggal 28 November, jadi bawah 13 tahun sudah suruh beralih ke dukcapil per desa dilakukan satu pekan, dan kemudian seluruh Aceh mulai 5 Desember dan itu dilakukan dua putaran, baik Pidie maupun seluruh dalam satu bulan," ujar dia.

Selain itu dilakukan imunisasi rutin tetap untuk meningkatkan cakupan inactive polio vaccine (IPV).

"Target dunia, termasuk Indonesia itu akan melakukan eradikasi tahun 2026, dalam 2-3 tahun. Jadi kalau masih ada satu kasus ditemukan di negara mana pun, menjadi perhatian dunia," ujar Maxi.      

Lebih lanjut, dia mengatakan  kasus anak 7 tahun terinfeksi virus polio di Desa Mane, Kabupaten Pidie, Aceh, tidak memiliki riwayat imunisasi.

"Anak itu mengecil pada bagian otot paha dan betis dan memang tidak ada riwayat imunisasi, tidak memiliki riwayat perjalanan kontak dan tidak ada perjalanan ke luar," kata Maxi di Jakarta, Sabtu.

Maxi mengatakan anak tersebut memiliki gejala lumpuh di kaki kiri, dan demam serta flu mulai 6 Oktober 2022. Kemudian mengalami onset lumpuh dan dilarikan ke RSUD TCD Sigil pada 18 Oktober 2022.

Dokter anak mencurigai kasus polio, lalu mengambil spesimen dikirim ke Provinsi Aceh hingga ke untuk diterima di BKPK. Melalui hasil RT PCR ada infeksi virus polio tipe 2 dan tipe 3 sabin.

"Sampel kemudian dikirimkan Biofarma untuk sekuensing dan ternyata memang betul dia tipe 2," kata Maxi.

Maxi mengatakan kondisi anak tersebut sudah dapat jalan, sekalipun masih tertatih. Tapi Maxi menekankan bahwa terjangkit virus polio tidak ada obatnya, melainkan upaya fisioterapi untuk mempertahankan masa ototnya.

Faktor lingkungan yang tercemar virus polio juga berpengaruh. Maxi mengatakan lingkungan di belakang tempat main anak tersebut hampir semua di bangun MCK. Namun hasil buangannya menuju sungai-sungai kecil.

"Kita sudah ambil sampel, tinggal menunggu sampel air berapa titik kita sudah ambil. Jadi perilaku buang air besar sembarangan itu punya potensi, kemungkinan penularannya faktor risiko yang paling kami lihat ada di sana," kata dia.

Kini, pihaknya menginvestigasi kasus dan lingkungan, advokasi dengan pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan WHO dan UNICEF. Pemerintah juga melakukan kembali pelatihan surveilans untuk Puskesmas, juga pertemuan dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat.   

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement