Sabtu 19 Nov 2022 19:28 WIB

Haedar Ungkap Tujuh Poin Arah Muhammadiyah ke Depan

Pemikiran keislaman Muhammadiyah harus menjadi arus penting dan meluas.

Rep: C02/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi pengurus PP Muhammadiyah dan Aisyiyah, serta menteri membuka secara simbolis Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (19/11/2022).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi pengurus PP Muhammadiyah dan Aisyiyah, serta menteri membuka secara simbolis Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (19/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO – Ketua umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengutarakan tujuh poin yang akan menjadi arah gerak Muhammadiyah lima tahun mendatang. Hal tersebut disampaikannya dalam khutbah iftitah yang berlangsung di Edutorium Universitas Muhammadiyah Solo (UMS), Sabtu (17/11/2022) sore.

Haedar mengatakan ke depannya sejumlah agenda dakwah dan tajdid gerakan penting menjadi perhatian. Khususnya lima tahun ke depan agar Muhammadiyah dapat menjadi leader atau kekuatan strategis yang berpengaruh dalam memimpin masa depan umat dan bangsa.

Baca Juga

"Pertama adalah peneguhan paham keislaman dan ideologi muhammadiyah. Kenyataan sering menunjukkan, paham keislaman dan kemuhammadiyahan yang menjadi landasan gerakan tidak sepenuhnya tertanam dan melembaga di internal persyarikatan. Oleh sebab itu, penting peneguhan kembali paham Islam dan nilai-nilai ideologi Muhammadiyah secara masif dan terstruktur di seluruh tingkatan dan lini persyarikatan," kata Haedar.

Selanjutnya, Haedar menjelaskan bahwa poin kedua adalah penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam berkemajuan. Penting bagaimana pemikiran keislaman Muhammadiyah menjadi arus penting dan meluas yang menentukan atau memberi pengaruh besar bagi perkembangan Islam Indonesia ke depan.

"Muhammadiyah sebagai gerakan Islam seyogyanya menghidupkan tajuk-tajuk keislaman yang khas. Jangan hanya isu-isu umum termasuk politik yang terus menerus menjadi perhatian," terangnya.

Ketiga, Haedar mengatakan perlunya memperkuat dan memperluas basis umat di akar-rumput. "Kita itu kuat karena berbasis pada umat atau jamaah di bawah. Maka perlu dibangun suatu peta jalan (road-map) untuk pengembangan Muhammadiyah dalam struktur masyarakat Indonesia yang majemuk dan tengah menghadapi perubahan besar," tegasnya.

Keempat, mengembangkan AUM unggulan dan kekuatan ekonomi. Muhammadiyah memiliki kekuatan strategis antara lain karena amal usahanya di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi.

"Karenanya lima tahun ke depan penting mengembangkan berbagai bisnis dan ekonomi Muhammadiyah secara lebih gigih, masif, dan tersistem disertai usaha-usaha langsung yang bersifat praktik, termasuk mengembangkan bisnis online. Mulai dari UMKM, rumah sakit, Hingga perguruan tinggi perlu terus dikembangkan dengan merespons zaman," terangnya.

Kelima, berdakwah bagi milenial, generasi Z dan generasi alfa. Muhammadiyah saat ini berada dalam era menghadapi generasi baru, oleh karena itu, mereka jangan sampai jauh dari orbit dakwah dan gerakan Muhammadiyah. "Jika mampu mendakwahi tiga generasi ini maka Muhammadiyah menabung investasi masa depan yang luar biasa besar, sekaligus mampu mempengaruhi dan mengarahkan bangsa dan negara Indonesia," terangnya.

Keenam, reformasi kaderisasi dan diaspora kader ke berbagai lingkungan dan bidang kehidupan. Karenanya lima tahun ke depan perlu reformasi kaderisasi Muhammadiyah untuk mempersiapkan diaspora kader di berbagai struktur dan lingkungan di luar maupun ke dalam, sehingga gerakan  Islam ini mengalami perluasan melalui peran para kadernya. "Kaderisasi konvensional penting di reformasi baik pandangan maupun sistem dan prosesnya, sehingga dapat memenuhi tuntutan zaman untuk pendiasporaan kader secara luas di kancah nasional dan global," katanya.

Ketujuh, digitalisasi dan intensitas internasionalisasi Muhammadiyah penting secara masif dan terstruktur masuk ke era digitalisasi. Baik dalam pengelolaan organisasi dan administrasi maupun dalam publikasi dan pengembangan aktivitas. "Bersamaan dengan digitalisasi baik dalam pengembangan dan publikasi pemikiran Muhammadiyah ke dunia internasional maupun dalam pelaksanaan program internasionalisasi meniscayakan peningkatan intensitas sehingga ke depan Muhammadiyah semakin membuana dengan amal usaha dan pemikiran-pemikiran yang dikenal di ranah global," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement