REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah kapal speedboat pembawa pekerja migran Indonesia (PMI) ilegal menuju Malaysia tenggelam di perairan dekat Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, pada Selasa (15/11) dini hari lalu. Dari delapan penumpang kapal, baru empat yang ditemukan.
Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani menjelaskan, kapal itu membawa satu kru, satu pemilik kapal, lima orang dewasa, dan satu balita. Total ada delapan orang di kapal tersebut.
Kapal itu berangkat dari pelabuhan tidak resmi di Batam pada Selasa pukul 01.00 WIB. "Sekitar 15 menit setelah kapal berangkat, situasi cuaca kurang baik dan ombak kuat, sehingga menyebabkan kapal terbalik,” kata Benny dalam siaran persnya, Sabtu (19/11).
Insiden itu baru diketahui pada Selasa pukul 07.30 WIB. Pagi itu, awak Kapal MT Klasogun yang sedang melintas di perairan Batam melihat ada orang terapung di tengah laut dan langsung menyelamatkannya menggunakan sekoci.
Orang itu ditemukan dalam kondisi masih hidup. Dia bernama Zuraidah (45 tahun), asal Samalanga, Aceh. Zuraidah menyampaikan bahwa dia adalah satu dari delapan penumpang kapal speedboat yang terbalik.
Sekitar pukul 12.00 WIB, awak Kapal MT Klasogun kembali menemukan korban lainnya di perairan Punggur, Batam. Korban berjenis kelamin perempuan itu ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Pada Kamis (17/11/2022), Tim SAR gabungan menemukan dua korban lagi dalam kondisi meninggal dunia. Satu ditemukan di area antara Pulau Momoi dan Tanjung Piayu di perairan Pulau Kubung Kabil. Satu lagi ditemukan di perairan Pulau Mubud, Bulang.
Benny mengatakan, berdasarkan keterangan dari Basarnas Tanjung Pinang, empat penumpang kapal ditemukan dengan kondisi satu selamat dan tiga meninggal. Keempatnya itu terdiri atas satu laki-laki dan tiga perempuan.
"Sementara empat penumpang lainnya belum ditemukan," ujar Benny. Korban yang belum ditemukan itu adalah balita laki-laki berusia empat tahun, satu penumpang, kru kapal, dan pemilik kapal.
Kini, lanjut dia, tim Search and Rescue (SAR) Gabungan masih mencari keberadaan empat korban yang masih hilang. Pencarian yang turut melibatkan nelayan setempat itu dilakukan hingga jarak 4,5 mil laut dari posko SAR Pelabuhan Telaga Punggur, Batam.
Benny menyebut, para penumpang kapal tenggelam itu merupakan PMI ilegal yang berasal dari tiga daerah, yakni Aceh, Jakarta, dan Jawa Tengah. Benny pun mengucapkan duka dan belasungkawa atas peristiwa tersebut, terutama kepada keluarga korban yang meninggal dunia.
Di sisi lain, dia mengungkap, problem utama di balik insiden ini. "Insiden seperti ini bukan tragedi yang pertama kalinya terjadi. Ini membuktikan bahwa praktik sindikat ilegal perdagangan orang masih berlangsung," ujarnya.
"Saya hormat setinggi-tingginya kepada semua pihak mitra BP2MI yang telah bekerja dan melakukan pencegahan pemberangkatan CPMI yang tidak resmi. Perang melawan sindikat perdagangan manusia adalah tugas suci dan jihad kita semua," imbuh Benny.