Kamis 17 Nov 2022 13:15 WIB

Stunting Jadi Isu Muktamar, Aisyiyah Tawarkan Rumah Gizi

Rumah Gizi menjadi usaha penurunan stunting berbasis komunitas.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
ilustrasi Stunting. Penurunan stunting jadi satu dari 10 isu strategis Muktamar 48 Aisyiyah.
Foto: Republika/Mardiah
ilustrasi Stunting. Penurunan stunting jadi satu dari 10 isu strategis Muktamar 48 Aisyiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Penurunan stunting jadi satu dari 10 isu strategis Muktamar 48 Aisyiyah. Ketua Umum PP Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini menilai, isu ini penting karena Indonesia masih dihadapkan persoalan tingginya angka stunting.

Berdasarkan hasil riset studi status gizi balita, prevalensi stunting masih 27,67 persen, masih di atas ambang batas WHO, 20 persen. Padahal, pemerintah telah menetapkan target penurunan angka stunting pada 2024 mencapai 14 persen.

Baca Juga

"Target penurunan stunting yang harus dicapai dua tahun lagi tentu memerlukan kerja keras dan kolaborasi banyak pihak, baik itu pemerintah, termasuk organisasi masyarakat, seperti Aisyiyah," kata Noordjannah, Kamis (17/11/2022).

Apalagi, cita-cita pembangunan Indonesia untuk mewujudkan Generasi Emas 2045. Pencegahan stunting harus jadi prioritas agar terealisasi. Karenanya, Sekretaris PP Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah, turut menginisiasi program Rumah Gizi.

Ia menjelaskan, Rumah Gizi menjadi usaha penurunan stunting berbasis komunitas. Pendekatan berbasis komunitas sangat penting mengingat Indonesia negara yang masyarakatnya komunal. Terdapat tujuh program dalam Rumah Gizi tersebut.

Edukasi bagi ibu hamil, ibu menyusui, maupun remaja perempuan. Konseling gizi maupun menyusui. Pengolahan makanan bergizi. Pemberian makanan bergizi. Lumbung gizi bisa berupa kebun, kolam, atau ternak untuk memenuhi kebutuhan sumber gizi.

Kemudian, sanitasi dan PHBS, serta dukungan keluarga maupun tokoh agama dan masyarakat. Dukungan keluarga baik itu suami maupun nenek atau pengasuh sangat penting mencegah stunting, dapat dilakukan dengan memberi edukasi pencegahan.

"Bagi suami maupun anggota keluarga yang terlibat dalam pengasuhan. Suami dapat dilatih melakukan pijat oksitosin bagi istri agar memperlancar proses menyusui," ujar Tri.

Apa yang dilakukan Aisyiyah melalui Rumah Gizi diharapkan dapat berkontribusi ke lima pilar penurunan stunting dan bagian strategi percepatan penurunan stunting. Tri menyampaikan, kelima pilar tersebut meliputi komitmen dan visi pimpinan.

Kampanye dan merubah perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas, konvergensi, koordinasi, konsolidasi program, ketahanan pangan dan pemantauan evaluasi. Rumah Gizi berkontribusi ke pilar kampanye, perubahan perilaku serta ketahanan pangan.

Tri melihat, stunting disebabkan banyak faktor. Yang langsung seperti kekurangan gizi, penyakit infeksi, akses layanan kesehatan, sanitasi dan pola asuh. Temuan Aisyiyah tidak sedikit warga miskin, stunting, belum dapat perlindungan sosial.

Hal ini membuat mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Namun, Tri mengingatkan, ada pula penyebab tidak langsung dan menjadi akar masalah dari stunting seperti persoalan kemiskinan, budaya, hingga ketidakadilan gender.

Budaya juga memegang peran kuat seperti yang menomorsatukan laki-laki, termasuk konsumsi makan sehari-hari. Belum lagi minimnya pembagian peran suami dan istri, sehingga perempuan mengalami beban berlebih dan menghambat pencegahan stunting.

"Lantaran kompleksnya penyebab stunting, Aisyiyah menekankan pentingnya pendekatan yang komprehensif dan menyentuh pula akar masalah," kata Tri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement