Selasa 15 Nov 2022 04:55 WIB

Awalnya dari Rumah Kini Risollaku jadi Produk Pabrikan

Kini setiap bulan, Risollaku bisa terjual 15 ribu bungkus.

Rep: shabrina zakaria/ Red: Andi Nur Aminah
Winery Nisasuci bersama sejumlah karyawannya di pabrik Risollaku
Foto: Jaga lilin
Winery Nisasuci bersama sejumlah karyawannya di pabrik Risollaku

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Winery Nisasuci atau Nisa, telah bertahun-tahun menjalani usaha makanan beku atau frozen food dengan nama dagang Risollaku di Kota Bogor. Sebelum berkembang seperti saat ini, Nisa mengalami banyak lika-liku dalam menjalani bisnis yang ditekuninya.

Kudapan Risollaku bermacam rasa, kini telah tersebar di Jabodetabek, Bandung, Makassar, Surabaya, dan Sidoarjo. Setiap bulan, Risollaku bisa terjual 15 ribu bungkus.

Baca Juga

“Saat ini kami sudah punya izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta halal Majelis Ulama Indonesia (MUI). Mungkin itu yang menambah kepercayaan konsumen terhadap produk kita,” ujar Nisa dikutip dari kanal Youtube Jaga Lilin.

Nisa menyebutkan, saat ini pihaknya mengandalkan distributor, agen, reseller, toko-toko dan pasar modern untuk memasarkan produknya. Sementara Risollaku hanya fokus di produksi yang terpusat di Kelurahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

Sebelum berjualan risol, Nisa dulunya memiliki usaha produksi baju Muslim. Usaha itu ditekuninya sejak bangku SMA hingga menikah dan memiliki anak. Namun, tidak disangka anak ketiganya memiliki penyakit alergi debu kain.

“Mau nggak mau saya harus membatasi berhubungan dengan kain. Padahal semuanya dikerjakan di rumah. 2008 saya berhenti menjahit padahal sudah punya brand fashion, bagus penjualannya,” tutur Nisa.

Tak lama setelah melepas usaha produksi baju uslimnya, Nisa mulai menjual risol secara tidak sengaja. Kisah tersebut diawali ketika ia membawakan risol buatannya untuk bekal anaknya.

Ternyata, risol tersebut disukai oleh teman-teman anaknya. Dari situ, ia menawarkan anaknya untuk menjual risol tersebut ke teman-temannya. 

Dari situ, penjualan risolnya berkembang hingga ke guru dan orangtua murid. Bahkan Nisa memberanikan diri untuk menjajakan risol matang ke pasar kaget beberapa kali.

Di tengah perjalanannya, Nisa pun bekerjasama dengan seorang mantan tukang roti keliling untuk menjajakan risolnya. Sebab dia berpikir, bisnis ini tidak bisa berjalan hanya mengandalkan dari mulut ke mulut.

Seiring berjalannya waktu, Risollaku mulai terkenal di komplek-komplek se-Kota Bogor. Berbekal dari tukang roti keliling bernama Mang Ojak yang dipekerjakan Nisa, untuk berkeliling menjajakan risol menggunakan sepeda motor.

“Alhamdulillahh mereka jadi terbiasa dengan Risollaku. Dari situ yang tadinya hanya Mang Rojak, tambah lagi adiknya, tambah reseller,” tuturnya.

Meski terlihat berkembang, Nisa mengakui, ia juga sempat mengalami titik terendah dalam berbisnis. Dimana pada saat itu, ia hendak melakukan pinjaman sebesar Rp 30 juta. Ia pun mengagunkan mobil operasional Risollaku.

Namun, selang satu hari Nisa menandatangani surat pengagunan, mobil tersebut hilang. Ia pun merasa bersalah karena sebelumnya suaminya juga telah melarang Nisa untuk melakukan pinjaman.

“Saya introspeksi apa yang salah. Saya nggak nurut suami, saya harus berhubungan dengan bank dalam hal ribanya, saya mengambil keputusan dalam kondisi ragu. Mungkin ini cara Allah sayang sama saya,” ucapnya.

Simak kisah lengkapnya di channel Youtube Jaga Lilin berikut:

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement