REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menanggapi kasus kematian sebuah keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Dia mengatakan Muhammadiyah meminta pihak kepolisian, dokter forensik, dan sejumlah pihak terkait agar segera mengungkap penyebab kematian keluarga yang terdiri dari dari empat orang.
Tiga di antara mereka sudah berusia lanjut, di atas 60 tahun. Menurut hasil autopsi, mereka meninggal diduga tidak mendapat asupan makanan dan minuman dalam waktu yang lama. “Bila hal ini benar demikian adanya maka tentu saja peristiwa ini tidak hanya mencoreng muka pemerintah yang secara konstitusional memang bertugas dan diamanati untuk melindungi dan mensejahterakan rakyat tetapi juga mencoreng muka kita bersama,” kata Anwar dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Jumat (11/11/2022).
Dia menilai, kasus ini menjadi pertanda kuat bahwa kehidupan masyarat sudah individual, tidak peduli satu sama lain. Oleh karena itu, Muhammadiyah meminta kepada pihak berwajib untuk mengungkapkan masalah ini secepat mungkin. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat mengambil pelajaran dari kasus ini. “Muhammadiyah meminta agar pihak yang berkompeten mengungkap masalah ini secepatnya dan sejujurnya agar kita bisa mengambil pelajaran dan melakukan langkah-langkah yang tepat kedepannya supaya peristiwa serupa tidak terulang kembali,” ujarnya.
Sebelumnya, penemuan empat mayat yang merupakan satu keluarga dalam sebuah rumah di kawasan Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat, pada Kamis (10/11/2022) malam berawal dari petugas PLN yang hendak melakukan pemutusan listrik. Hal itu terpaksa dilakukan PLN karena pemilik rumah menunggak pembayaran.
"Sudah dari tiga hari yang lalu bau busuknya sudah menyengat dan petugas PLN mengadakan pemutusan listrik karena adanya tunggakan dari pemilik rumah,“ ujar Ketua RT 7 RW 5, Asiong, Jumat (11/11/2022).
Asiong mengaku dirinya juga tidak mengetahui pekerjaan keempat korban bernama Rudianto (71 tahun), Margaret (58), Dian (42), dan Budianto. Disebutnya, keempat korban selama hidup cukup tertutup dan sangat jarang berinteraksi dengan warga setempat. Bahkan terakhir kali, dirinya bertemu dengan salah satu salah satu korban bernama Dian pada bulan September 2022 lalu. “Saya sempat komunikasi itu di bulan September saya tanya ke Dian. Apakah rumah kamu terjual? Dia jawab sudah,” jelas Asiong.