Rabu 09 Nov 2022 09:01 WIB

Pentingnya Literasi Media Sosial

Melalui survei APJII 2018, pengguna media sosial Indonesia telah mencapai 171 juta.

Digital Creative Center (DCC) menggandeng Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) sukses mengadakan BSI Digination dengan menghadirkan narasumber yang profesional sebagai social media specialist.
Foto: Universitas Bina Sarana Informatika
Digital Creative Center (DCC) menggandeng Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) sukses mengadakan BSI Digination dengan menghadirkan narasumber yang profesional sebagai social media specialist.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Digital Creative Center (DCC) menggandeng Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) sukses mengadakan BSI Digination dengan menghadirkan narasumber yang profesional sebagai social media specialist.

Dalam materinya tentang ‘Social Media Literacy’, Rety Palupi sebagai narasumber memberitahukan fakta hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia(APJII) pada tahun 2017, yakni media sosial diperingkat kedua paling banyak diakses yaitu sebanyak 87,13 persen.

Baca Juga

“Melalui survei APJII 2018, pengguna media sosial Indonesia telah mencapai 171 juta. Saat ini siapa warga Indonesia yang tidak memiliki media sosial sama sekali? Minimal setiap orang memiliki tiga akun media sosial yang berbeda,” ungkapnya, Senin (7/11/2022).

Ia menjelaskan, ada beberapa alasan kenapa orang memiliki media sosial, diantaranya mencari informasi, sarana komunikasi, wadah hiburan, dan eksistensi diri. “Tak sedikit media sosial juga menjadi tempat untuk membangun personal branding public figure. Lewat media sosial, sekarang sudah tidak bisa kita menilai seseorang. Karena tak jarang personal branding yang dibangun di media sosial berbeda dengan kenyataannya, atau sebaliknya,”katanya.

Lanjutnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjadikan media sosial bermanfaat dan menjadi hal positif bagi hidup sendiri. Hal pertama yakni adalah kesadaran kapan harus terhubung dengan media sosial atau berpuasa dalam bermedia sosial.

“Apakah kita sudah menjadi korban media sosial? Menurut penelitian kecenderungan pada media sosial akan menimbulkan dopamine, neurotransmitter (mempengaruhi emosi, gerakan, sensasi kesenangan dan rasa sakit), serta adiktif,” paparnya.

Apa dampak lainnya? Lanjutnya, bermunculan lah istilah bucin, baper dan kepo. Selain harus cerdas dalam bermedia sosial, setiap orang juga perlu sadar bahwa smartphone to smart people.

“Hal ini ditandai dengan hadirnya hoaks dan hate speech. Jika kamu merasa informasi belum benar, maka berhentikan pada dirimu, jangan disebarkan kembali. Jadi, saring sebelum sharing,” katanya.

Terakhir, dengan media sosial bisa untuk sosial, terutama untuk kemanusiaan. Bagaimana caranya? Dengan mengatur konten viral. Melalui hal viral mampu mengubah situasi secara luas. Entah itu positif, maupun negatif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement