Rabu 09 Nov 2022 08:38 WIB

Legislator Minta Kebijakan Hapus Tenaga Honorer Dikaji Ulang

Penanganan tenaga non-ASN di pusat maupun di daerah masih belum terselesaikan.

Rep: Amri Amrullah / Red: Agus Yulianto
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung.
Foto: Istimewa
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi II DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tandjung meminta kebijakan penghapusan tenaga honorer yang akan berlaku pada 28 November 2023 mendatang untuk ditinjau kembali. Pasalnya, hingga kini, sejumlah isu penanganan tenaga non-ASN, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, masih belum terselesaikan.

“Jadi (rencananya) implementasi PP Nomor 49 akan mengakhiri tenaga honorer pada 28 November 2023. Nah, tapi kami juga sudah komunikasi dengan KemenPAN-RB, tolong masalah program (pendataan tenaga non ASN) selesai dulu. Kalau nggak selesai, tolong yang rencana 28 November 2023 (penghapusan tenaga honorer) ditinjau ulang untuk ditunda,” ucap Doli, sapaan akrabnya, Selasa (8/11/2022).

Hal itu, dia sampaikan usai memimpin Kunjungan Kerja Komisi II DPR RI ke Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang, Banten. Berdasarkan laporan yang ia terima, pada tahap pra-finalisasi, tenaga non-ASN yang terinput sebanyak 2.215.542, di mana terdiri dari 335.639 orang di instansi pusat dan 1.879.903 orang di instansi daerah.

Adapun jumlah instansi pemerintah yang mengikuti pendataan tenaga non-ASN sejumlah 590 instansi, yang meliputi 66 instansi pusat dan 524 instansi daerah. Ia menjelaskan Komisi II DPR RI telah menerima banyak masukan terkait persoalan ini. Karena itu, Doli menyampaikan akan membentuk panitia khusus (pansus) tenaga honorer.

Selain itu, Politisi Fraksi Partai Golongan Karya (F-Golkar) itu juga mengatakan, aspirasi-aspirasi tersebut telah menjadi bahan pertimbangan di DPR RI untuk membentuk peta jalan yang komprehensif dengan mitra kerja terkait. Sebab kalau masalah ini tidak punya penyelesaian yang komprehensif, ia khawatir nanti akan menimbulkan masalah baru.

"Jumlah tenaga honorer di Indonesia ini cukup besar. Sebagian sudah cukup berumur dan statusnya belum jelas. Oleh sebab itu, perlu perhitungan yang matang untuk menyesuaikan kebutuhan terkini. Nanti akan kami sampaikan dalam Rapat Kerja bersama dengan MenPAN-RB,” paparnya.

Dia sebetulnya mengapresiasi kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang yang memiliki tata kelola tenaga non-ASN yang terorganisir. Ini telah membuat pendataan hingga pemetaan ASN dan tenaga honorer tersusun dengan jelas. 

Namun, dia khawatir, hal itu tidak terjadi di daerah lain. “Kami sangat mengapresiasi Kabupaten Tangerang menjadi salah satu kabupaten yang mampu mengendalikan masalah ASN khususnya tenaga honorer,” ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement