Kamis 03 Nov 2022 18:14 WIB

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila Sebagai Paradigma IPTEK

Pancasila memiliki dimensi untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis, (3/11/2022).
Foto: BPIP
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis, (3/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis, (3/11/2022).

Kegiatan dengan tema "Ethics for smart society 5.0: "Channeling State Ideology Through Digital Humanites" itu dibuka Presiden Republik Indonesia Joko Widodo Diwakili Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly, Ph.D secara daring. Dalam sambutan Presiden yang disampaikan Menteri Hukum dan Ham Yasonna H. Laoly, Ph.D menegaskan kedudukan Pancasila sebagai pardigma ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ia juga mengapresiasi kegiatan yang digagas BPIP berkolaborasi dengan ITB yang telah mengumpulkan para ilmuwan Nasional maupun Internasional dalam bidangnya. "Pada kesempatan yang berbahagia ini saya mewakili Presiden Republik Indonesia sebagai kegiatan yang memungkinkan terjadinya pertukaran ilmu pengetahuan dari berbagai bidang ilmu pengetahuan," ujarnya, dalam siaran pers.

Disamping itu Presiden menyebut IPB merupakan kampus Presiden Pertama Republik Indonesia Ir Soekarno dalam menimba ilmu untuk kemajuan bangsa dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. "Maka sudah sewajarnya BPIP berkolaborasi dengan tempat dimana Ir Soekarno dalam menimba ilmu dalam mempersiapkan kebijakan dalam membangun Indonesia," paparnya.

photo
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis, (3/11/2022). - (BPIP)

Ia berharap kegiatan tersebut mempu menghasilakan karya intelktual yang dapat dijadikan referensi dalam membangun Bangsa yang berlandaskan Pancasila. "Kegiatan ini diharapkan mampu menghasilkan karya-karya yang intelektual yang dapat dijadikan referensi dalam kebijakan," lanjutnya.

Ia menjelaskan dengan revolusi industri dengan kemajuan teknologi pasti menimbukan tantangan dan kerugian terhadap kehidupan manusia. "Untuk mengatasi hal tersebut maka karya ilmiah, sastra yang dihasilkan tidak menghilangkan unsur manusiawi agar kemajuan revolusi industri," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi, mengatakan di era baru perkembangan teknologi digital berkembang sangat pesat sehingga membawa perubahan yang beragam atau kompleks. "Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehingga perlu perumusan tantangan, peluang dan inovasi yang diperlukan dalam membangun kehidupan smart socety 5.0," paparnya.

Dalam evolusi 5.0 adalah masyarakat informasional yang dibangun di atas society 4.0 yang bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan kesejahteraan masyarakat dunia. "Tujuannya adalah untuk mewujudkan masyarakat dimana orang menikmati hidup secara maksimal," jelasnya.

Ia menegaskan dalam semakin kompleksnya tantangan baru itu maka Pancasila sebagai Ideologi Negara harus ikut andil dalam kebijakan. "Pancasila sendiri memiliki dimensi atau kekuatan untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru," tegasnya.

Dirinya bahkan mengatakan Pancasila dibentuk untuk menjawab semua isu kontemporer yang terus berkembang. "Pancasila harus diamlakan pada pembangunan nasional dalam aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan teknologi informasi," tutupnya.

Rektor ITB Prof. Ir. N.R. Reni D. Wirahadikusumah, MSCE, Ph.D yang diwakili Sekretaris Rektor ITB Prof. Dr. Ing. Widjaja Martokusumo mengucapkan terima kasih kepada BPIP yang sudah menjalin kolaborasi.

Menurutnya Ilmu-ilmu kemanusiaan adalah salah satu faktor yang penting dalam menjadikan ITB sebagai pusat dari pengembangan kebudayaan bangsa. Hal itu sesuai dengan RENIP ITB 2006-2025. Selaras dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi digital, memahami dan menguasai bidang digital dan kemanusiaan adalah sebuah keharusan.

"Humanities is one of the important factors to make ITB a center for the development of the nation's culture, as mandated in RENIP ITB 2006-2025. In line with the technology development, especially digital technology, understanding and mastering the field of digital humanities is a necessity" ujarnya.

Ia juga memaparkan kegiatan akademik yang dilaksanakan oleh KK Ilmu-ilmu Kemanusiaan (KKIK) di Fakultas Seni Rupa dan Desain telah melebihi ekspektasi terdapat studi, HAKI, and Pengabdian Masyarakat yang telah dilaksanakan oleh KKIK, termasuk kegiatan kolaborasi dengan berbagai pihak.

"To anticipate and address various challenges, opportunities, and innovations in the midst of the life of the Indonesian nation which is experiencing the development of the Industrial Revolution 4.0 and digital age with various disruption of humanity; ITB through KKIK collaborates with Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) to develop the position of Pancasila as a scientific paradigm, especially in the disciplines of humanities through the contribution of scientific works from national and international experts and scientists in the field of digital humanities," paparnya.

Sementara itu Direktur Pengkajian Kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila BPIP Dr. M. Sabri, M.A dalam laporannya mengaku kegiatan ini merupakan ikhtiar agung untuk menghimpun visi dan pemikiran dari para ilmuwan dalam negeri maupun luar negeri.

Output dalam kegiatan tersebut diharapakan dapat melahirkan karya dari para ilmuwan Internasional yang akan menjadi referensi ilmiah dalam menjelaskan beragam tantangan, peluang dan inovasi yang diperlukan dalam rangka membangun kehidupan smart society 5.0 di Indonesia maupun luar negeri dengan menggunakan perspektif Pancasila.

"Kami juga bekerja sama dengan penerbit International Atlantis Press sehingga referensi ilmiah Pancasila dan keilmuan digital humanities dapat diakses secara internasional dan diperbincangkan secara global," dalam laporannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement