Jumat 28 Oct 2022 21:05 WIB

Pokja Genetik UGM Sebut Covid-19 XBB Mampu Hindari Sistem Imun

Subvarian XBB memiliki sifat dasar yang sama dengan Omicron dari kecepatan penularan

Red: Nur Aini
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Gunadi menyebutkan, Covid-19 varian XBB mampu menghindari sistem imun manusia sehingga perlu diwaspadai.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Gunadi menyebutkan, Covid-19 varian XBB mampu menghindari sistem imun manusia sehingga perlu diwaspadai.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Gunadi menyebutkan, Covid-19 varian XBB mampu menghindari sistem imun manusia sehingga perlu diwaspadai.

"Varian XBB ini selain cepat penyebarannya juga bersifat imun escape setara dengan Omicron BQ. 1.1 yang bersifat paling mampu menghindar dari sistem imun kita. Ini patut menjadi perhatian kita semua," kata Gunadi melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Jumat (28/10/2022).

Baca Juga

Gunadi mengatakan, varian baru XBB merupakan hasil evoulsi dari varian Omicron. Karena itu, subvarian XBB memiliki sifat dasar yang sama dengan Omicron dari segi kecepatan penularannya.

Selain itu, varian baru tersebut juga dianggap setara dengan kemampuan varian Omicron BQ.1.1 dalam menghindari sistem imun tubuh (imun escape).

Ia mengimbau masyarakat tidak panik menghadapi masuknya Covid-19 subvarian Omicron XBB ke Indonesia, tetapi tetap meminta masyarakat waspada dan memperkuat penerapan protokol kesehatan.

"Jangan khawatir berlebihan. Bagi yang belum vaksin segerakan vaksin dan lakukan booster juga bagi yang belum untuk meningkatkan perlindungan terhadap penularan Covid-19 subvarian baru ini," kata dia.

Gunadi menduga tingginya angka kasus XBB di Singapura dimungkinkan karena program testing, tracing, genomic surveillance yang cukup tinggi sehingga banyak temuan kasus sebab cakupan vaksinasi di negara itu cukup bagus.

"Singapura ini mungkin testing dan tracingnya cukup tinggi sehingga tidak berarti negara lain yang rendah kasus XBB ini memang rendah kasusnya. Bisa jadi karena testing, tracing, genomic surveillance belum tinggi," kata dia.

Pokja Genetik UGM, kata dia, hingga saat ini terus melakukan pemeriksaan sampel dengan metode whole genome sequencing atau pengurutan keseluruhan genome pada virus Covid-19 untuk melacak bagian yang mengalami perubahan materi genetik atau mutasi di wilayah DIY dan Jawa Tengah.

"UGM masih terus melakukan genomic surveillanc. Kita ambil sampel di akhir September 2022 lalu dan saat ini masing dalam proses 'running' serta analisis harapannya hasilnya bisa keluar di minggu-minggu ini untuk bisa mengetahui apakah ada XBB di DIY dan Jateng," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement