Selasa 25 Oct 2022 22:17 WIB

Kejar Kompetensi Global, 194 Dosen Vokasi Berangkat ke Luar Negeri

Mereka diterima di 13 perguruan tinggi serta industri di empat negara asing

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Hiru Muhammad
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2022 memberangkatkan 194 dosen perguruan tinggi vokasi, baik negeri maupun swasta, untuk mengikuti program magang dan penguatan tata kelola perguruan tinggi unggul bereputasi global di luar negeri
Foto: istimewa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2022 memberangkatkan 194 dosen perguruan tinggi vokasi, baik negeri maupun swasta, untuk mengikuti program magang dan penguatan tata kelola perguruan tinggi unggul bereputasi global di luar negeri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2022 memberangkatkan 194 dosen perguruan tinggi vokasi, baik negeri maupun swasta, untuk mengikuti program magang dan penguatan tata kelola perguruan tinggi unggul bereputasi global di luar negeri. Keberangkatan dari sejumlah dosen itu merupakan salah satu skema dari empat skema.

Keempat skema itu, yakni program pelatihan, sertifikasi kompetensi internasional, dan magang bersertifikat yang diselenggarakan sebagai bentuk kerja sama antara Kemendikbudristek dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Baca Juga

“Keikutsertaan dosen vokasi magang ke luar negeri ini diharapkan dapat menjadi agen perubahan dan inovasi bagi perguruan tinggi asal mereka seiring perkembangan dan dinamika industri berskala internasional,” ujar Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya (KLSD) Pendidikan Tinggi Vokasi Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Henri Tambunan, dalam siaran pers, Selasa (25/10/2022).

Henri menjelaskan, setelah melewati serangkaian panjang proses seleksi, akhirnya 194 dosen vokasi dari PTN maupun PTS terpilih mendapatkan beasiswa program magang, pelatihan, dan sertifikasi kompetensi. Mereka diterima di 13 perguruan tinggi serta industri di empat negara asing, yaitu Inggris, Jerman, Amerika, dan Singapura.

"Mereka secara bergelombang akan segera diberangkatkan untuk mengikuti pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan magang pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2022 ini,\" kata dia.

Untuk dapat mengikuti program itu, Henri menerangkan, para dosen harus mengikuti seleksi yang sangat ketat, yaitu harus dinyatakan lulus seleksi administrasi dan substansi yang melibatkan 48 orang reviewer nasional. Menurut dia, tidak mudah untuk mendapatkan kesempatan tersebut.

"Dengan total jumlah pendaftar 646 orang, masing-masing peserta harus menyingkirkan 3-4 peserta lainnya. Bahkan, untuk pelatihan di Oxford EMI United Kingdom, satu orang dosen harus mengalahkan 11 orang pendaftar lainnya," jelas dia.

Dosen-dosen terpilih itu akan ditempatkan di beberapa universitas ternama dan bereputasi global, yaitu 96 orang akan dikirim ke tujuh universitas dan industri berskala internasional di Inggris, yakni City of Glasgow College, Cardiff and Vale College, Coventry University, Strathclyde University, Neath Port Talbot College, Duco Digital, dan Oxford EMI Ltd.

Sementara itu, 58 orang akan diberangkatkan ke Amerika, yaitu Rhode Island University dan Arizona State University. Kemudian, 36 orang lainnya akan berangkat ke TU Dresden Institute, Jerman, dan empat orang lagi ke SQI International Singapura.

Henri juga menyampaikan, program itu dilaksanakan untuk menjawab tantangan seiring tuntutan revolusi industri 4.0. “Dosen pendidikan tinggi vokasi dituntut untuk memiliki kompetensi, wawasan, dan pengetahuan terkait perkembangan dan dinamika industri berskala internasional,” ujar dia.

Karena itu, selama menjalani program magang di beberapa perguruan tinggi dan industri besar luar negeri, peserta diwajibkan untuk menggali sebanyak-banyaknya pengetahuan, wawasan, dan pengalaman penyelenggaraan proses pembelajaran pendidikan vokasi di perguruan tinggi bereputasi global tersebut.

“Hingga akhirnya, sepulang dari menjalani program magang, pelatihan, dan sertifikasi kompetensi internasional ini, diharapkan dosen tersebut akan menjadi change agent dan leader proyek perubahan dan inovasi bagi perguruan tinggi asal mereka,” tutur Henri.

Melalui perubahan dan inovasi tersebut, Henri berharap para dosen ini dapat membawa perguruan tingginya ke dalam ekosistem dan tata kelola perguruan tinggi vokasi yang baik dan sehat menuju reputasi perguruan tinggi global, serta siap untuk bersaing di kancah internasional.

Sebagai informasi, program itu juga dilaksanakan dalam rangka membantu pemerintah Indonesia dalam menjawab tantangan dari hasil penelitian McKinsey Global Institute yang memprediksi bahwa Indonesia pada tahun 2030 akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ketujuh di dunia.

Pemerintah Indonesia saat ini tengah berupaya mewujudkan sumber daya manusia (SDM) terampil sebanyak 113 juta pada tahun 2030. “Ini merupakan tantangan yang cukup berat, mengingat peringkat daya saing global Indonesia saat ini masih berada pada urutan ke-50 dari 141 negara dan menduduki peringkat ke-4 di ASEAN (WEF, 2019),” kata Henri.

Karena itu, lanjut Henri, peran berat perguruan tinggi sebagai pencetak SDM yang memiliki daya saing global tak terelakkan lagi. Dia mengatakan, kualitas dan kapasitas perguruan tinggi menjadi kunci dalam menyiapkan SDM unggul.

"Peringkat akreditasi dan reputasi global menjadi indikator untuk melihat kualitas dan kapasitas perguruan tinggi. Selain itu, keduanya juga ditentukan oleh peran strategis, kapasitas dosen, tata kelola, dan kepemimpinan perguruan tinggi," jelas Henri.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement