Sabtu 22 Oct 2022 05:48 WIB

Menkeu: APBN Surplus Rp 60,9 Triliun per September 2022

Pemerintah merancang defisit APBN turun menjadi Rp 840 triliun atau 4,5 persen PDB.

Rep: Novita Intan/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati.
Foto: EPA-EFE/MADE NAGI
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mencatat kinerja APBN mengalami surplus sebesar Rp 60,9 triliun per September 2022. Adapun realisasi itu setara 0,33 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, surplus terjadi karena realisasi pendapatan negara sebesar Rp 1.974,7 triliun. Sedangkan belanja negara tercatat senilai Rp 1.913,9 triliun.

"Surplus ini sudah lebih dari bulan sebelumnya. Namun ini merupakan situasi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu September itu kita defisitnya Rp 451,9 triliun," ujarnya saat konferensi pers APBN KiTA di Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Menurut mantan direktur IMF tersebut, surplus APBN melanjutkan tren dari yang terjadi pada bulan-bulan sebelumnya. Meski demikian, surplus per September 2022 lebih kecil daripada posisi bulan lalu senilai Rp 107,4 triliun.

Melalui Perpres Nomor 98 Tahun 2022, sambung dia, defisit APBN 2022 yang semula dirancang senilai Rp 868 triliun atau 4,85 persen terhadap PDB, kini turun menjadi Rp 840 triliun atau 4,5 persen PDB. Berdasarkan outlook pemerintah, realisasi hingga akhir tahun diperkirakan Rp 732,2 triliun atau 3,92 persen PDB.

Sri Mulyani menyebutkan, pendapatan negara per September 2022 tumbuh 45,7 persen, utamanya ditopang oleh penerimaan perpajakan. Tercatat penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.542,6 triliun, yang terdiri atas penerimaan pajak sebesar Rp 1.310,5 triliun serta kepabeanan dan cukai sebesar Rp 232,1 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 431,5 triliun.

"Sisi pendapatan menggambarkan semuanya hijau, positif, tinggi, yang menggambarkan pemulihan ekonomi yang cukup baik, reform yang kita lakukan, dan juga harga komoditas yang meningkat," ucap Sri Mulyani.

Dia menjelaskan, surplus APBN per September 2022 memicu pembiayaan anggaran menurun 30,9 persen. Ke depan pemerintah berupaya menggunakan APBN sebagai shock absorber di tengah kenaikan harga komoditas, terutama energi.

"Surplus APBN juga menjadi bekal untuk menghadapi 2023 yang diperkirakan akan tidak baik. Ini turnaround dari APBN kita yang masih cukup solid sampai dengan September," ucap Sri Mulyani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement