Jumat 21 Oct 2022 19:10 WIB

CEO PEFC Cek Lapangan Penerima Sertifikat Hutan Lestari

Perusahaan sudah merasakan manfaat sertifikasi hutan Lestari.

Anggota //Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) Dradjad Wibowo dan CEO PEFC Michael Berger, saat melakukan kunjungan ke perusahaan pengelola hutan yang mendapatan sertifikat hutan lestari.
Foto: istimewa/doc humas
Anggota //Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) Dradjad Wibowo dan CEO PEFC Michael Berger, saat melakukan kunjungan ke perusahaan pengelola hutan yang mendapatan sertifikat hutan lestari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  — Anggota Board dari Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) Dradjad Wibowo dan CEO PEFC Michael Berger, melakukan kunjungan ke sejumlah perusahaan yang menerima sertifikat pengelolaan hutan lestari.

Kunjungan ini dilakukan setelah mereka melakukan sejumlah rangkaian kegiatan di Jakarta. Di antaranya bertemu dengan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, pejabat esselon I Kementerian Kehutanan, dan Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), dan Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI).

Dalam kunjungan tersebut, Dradjad dan Berger bertemu dengan Grup APRIL serta APP, dua grup perusahaan yang memiliki Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan kelapa sawit, serta usaha industri bubur kertas, kertas, minyak sawit, dan rayon (bahan tekstil).

Perusahaan-perusahaan ini sudah merasakan manfaat dari sertifikasi hutan Lestari PEFC. Sebab, dengan sertifikasi yang mereka miliki, kinerja kelestarian mereka diakui pasar dunia, sehingga ekspor mereka meningkat signifikan.

Dradjad yang juga ekonom senior INDEF ini mengatakan, kunjungan ini dimaksudkan untuk melihat secara langsung langkah perusahaan yang mendapatan sertifikat dalam menjaga dan mengelola hutan secara lestari. Termasuk melihat peran mereka dalam mengembangkan ekonomi masyarakat di sekeliling mereka.

Dalam kunjungan itu, Dradjad yang didampingi oleh Berger melakukan penanaman Acacia crassicarpa. Secara langsung Dradjad mencontohkan cara penanaman yang Acacia yang benar. “Saya lulusan IPB, jadi ya harus bisa menanam”, kata Dradjad sambil bergurau.

Michael Berger sangat terkesan dengan pola pembibitan dan pengelolaan tanaman di perusahaan yang sudah menggunakan tehnologi canggih. Acacia crassicarpa yang ditanam tersebut sudah mulai bisa dipanen setelah 5 tahun. Berger terkesan karena umur panen Ini jauh lebih cepat dari pohon penghasil kayu di Jerman dan Eropa secara umum.

"Posisi Indonesia di tropis dan kesuburan tanahnya membuat bioekonomi dan bioindustri menjadi salah satu keunggulan kompetitif Indonesia utk menjadi negara maju,” papar Dradjad yang juga Ketua Dewan Pakar PAN ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement