REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Sub Divisi Informasi dan Komunikasi Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Center/JIC) Paimun Karim mengungkapkan, sejak awal kubah Masjid Raya JIC dirancang menggunakan sistem rangka ruang (space frame) dan tanpa penopang cor beton. "Bapak (arsitek JIC) merancang tidak memakai cor tembok beton. Dibuat space frame untuk menopang bentangan (kubah) 66 meter," kata Paimun kepada wartawan di halaman komplek JIC, Koja, Jakarta Utara, Kamis (20/10/2022).
Arsitek JIC membentuk rangka kubah dari limas segi empat dan segi lima yang disusun berputar sampai mencapai tinggi tertentu. Lalu, ditutup di atas dengan bangun ruang setengah lingkaran.
"Sehingga (rangka) bisa menahan (bentuk kubah) dari atas ke bawah," kata Paimun.
Untuk material kubah, yakni triplek yang diberi lapisan membran pelapis anti bocor aspal dan glasswool, serta lapisan tembaga dan bukan besi. Secara konsep, lapisan tembaga sudah diramalkan oleh arsitek akan berubah warna seiring usia yang bertambah.
Dari warna coklat kemerahan menjadi hijau karena proses oksidasi. "Tahun 2005-2006 kami sempat menyampaikan kubah JIC kok berwarna hitam? Tapi belakangan menjadi hijau kelihatan, jadi ramalan beliau (arsitek JIC Ahmad Nu'man) soal berubah warna menjadi hijau sudah kelihatan sebenarnya," kata Paimun.
Selanjutnya, lampu kipas Betawi sebanyak 12 unit dipasang pada atap yang masing-masing unit memiliki berat satu ton dan ditopang dengan baja untuk menguatkan. Menurut Paimun, fungsi penopang baja tersebut awalnya untuk menguatkan.
Namun karena terbakar, penopangnya justru meleleh oleh panas dan lampu kipas Betawi yang berat tadi membebani atap. "Sehingga tarikan kipas itu ke bawah penopangnya itu," kata Paimun.