Kamis 13 Oct 2022 18:16 WIB

Jembatan di Cikatomas Tasikmalaya Segera Diperbaiki

Jembatan di Cikatomas, Tasikmalaya akan segera diperbaiki.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Bilal Ramadhan
Jembatan penghubung antardesa di Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya, yang rusak akibat banjir bandang pada Juni 2020 masih belum juga diperbaiki hingga saat ini. Warga dari Desa Sindangasih, Kecamatan Cikatomas, masih harus melintas jembatan darurat untuk menuju Desa Cayur, Kecamatan Cikatomas.
Foto: bayu adji p
Jembatan penghubung antardesa di Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya, yang rusak akibat banjir bandang pada Juni 2020 masih belum juga diperbaiki hingga saat ini. Warga dari Desa Sindangasih, Kecamatan Cikatomas, masih harus melintas jembatan darurat untuk menuju Desa Cayur, Kecamatan Cikatomas.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sejak rusak terdampak banjir bandang pada Juni 2020, jembatan yang menghubungkan Desa Cayur dan Desa Sindangasih di Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya, belum juga diperbaiki. Hingga saat ini, warga masih harus menggunakan jembatan darurat untuk melintasi Sungai Cimedang.

Kepala Bidang Jalan dan Jembatan, Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman (DPUTRPP) Kabupaten Tasikmalaya, Romi Gardara, mengatakan, perbaikan jembatan itu akan segera dilakukan. Anggaran perbaikan itu akan menggunakan biaya belanja tidak terduga (BTT) dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar).

Baca Juga

"Kebutuhan anggarannya itu mencapai Rp 15 miliar. Karena bentangnya mencapai 60 meter dengan lebar sekitar 7 meter," kata dia ketika dikonfirmasi Republika, Kamis (13/10/2022).

Ihwal pekerjaan, menurut dia, itu akan dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya. Pasalnya, jembatan itu rusak akibat bencana.

Sekretaris BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Irwan, mengatakan, hingga saat ini memang belum ada perbaikan jembatan yang rusak akibat bencana dua tahun lalu itu. Namun, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Gubernur Jabar untuk perbaikan jembatan tersebut.

"Mudah-mudahan pada 2023 sudah bisa dibangun dengan banprov. Di sana akan dibangun untuk jembatan permanen," kata dia kepada Republika.

Sejak jembatan itu rusak, warga di wilayah itu harus menggunakan jembatan darurat untuk melintasi Sungai Cimedang. Jembatan darurat itu dibangun di sisa konstruksi jembatan yang masih utuh dengan menggunakan kayu.

Berdasarkan pantauan Republika pada Selasa (11/10/2022), jembatan itu dapat dilintasi oleh kendaraan roda dua dan roda empat. Di jembatan itu juga terdapat warga yang bertugas mengatur lalu lintas, lantaran jembatan hanya bisa digunakan untuk satu jalur.

Namun, di tempat itu jarak alas jembatan dengan muka air Sungai Cimedang hanya sekitar 10 sentimeter. Ketika debit air Sungai Cimedang tinggi, jembatan otomatis terendam dan tidak bisa dilewati.

Irwan mengatakan, pihaknya masih sering menerima permintaan bantuan perahu ketika debit Sungai Cimedang tinggi. Perahu itu digunakan untuk membantu masyarakat menyeberang ketika jembatan terendam air.

"Namun kami sudah koordinasi dengan gubernur. Insya Allah akan segera dibangun pada 2023," kata Irwan.

Sebelumnya, Camat Cikatomas, Agus Sutisna, mengatakan, pihaknya sudah berulang kali mengusulkan perbaikan jembatan yang berdiri di atas Sungai Cimedang itu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya. Namun, hingga saat ini belum ada kepastian untuk perbaikan jembatan itu.

"Ini jadi prioritas kami. Setiap tahun musrembang, kami selalu usulkan ke Pemkab," kata dia, Selasa.

Menurut dia, keberadaan jembatan itu sangat penting untuk akses masyarakat, khususnya yanv berada di Desa Sindangasih. Pasalnya, jembatan itu merupakan akses tercepat untuk warga di Desa Sindangasih untuk keluar wilayahnya. Apalagi potensi ekonomi di Desa Sindangasih dinilai cukup besar.

Agus mengakui, di lokasi itu memang telah dibuat jembatan darurat agar warga bisa melintas. Jembatan darurat itu juga bisa dilintasi oleh kendaraan roda empat.

"Namun, kalau tidak segera dibangun juga bikin khawatir. Apalagi cuaca sekarang tidak menentu, kalau hujan besar, itu jembatan tertutup air," kata dia.

Ia mengatakan, terdapat akses alternatif untuk warga di Desa Sindangasih untuk keluar. Namun, jarak akses alternatif itu memutar jauh. "Misal lewat jembatan 30 menit, memutar bisa 2 sampai 3 jam," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement