REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kader Dewan Pimpinan Daerah Partai Solidaritas Indonesia (DPD PSI) Kabupaten Malang, Suprapti Fauzi tercatat sebagai pelaku penyebaran hoaks tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB. Dia mengaku sebagai penjual dawet di pintu 3 Stadion Kanjuruhan dengan menuding banyak Aremania mabuk membuat rusuh, dan membeli kepolisian. Setelah ditelusuri di lapangan, di lokasi hanya ditemukan penjual mebel, bukan dawet.
Suprapti memang dibantah sebagai kader PSI. Namun, fakta berbicara lain. Dalam laman resmi PSI Kabupaten Malang, ia termasuk ke dalam pengurus periode 2020-2024. "Dewan Pembina Daerah: Suprapti," demikian informasi yang didapatkan Republika pada Rabu (13/10/2022).
Kini, pada Kamis (14/10/2022) pagi WIB, susunan pengurus tersebut sudah dihapus. Hanya saja, jika diketik di Google, jejak tersebut masih terekam jelas. Meski begitu, Republika sudah melakukan tangkapan layar daftar susunan pengurus DPD PSI Kabupaten Malang 2020-2024.
Baca: Brigjen Agus Erwan Tanggapi Pasukan Kavaleri Berkuda Jarang Ikut Perang
Kini di laman resmi PSI Kabupaten Malang, tautan susunan pengurus berganti menjadi permintaan maaf Suprapti. "Pernyataan saya selaku Mantan Pengurus DPD PSI Kab. Malang 2020 tentang SF Penjual Dawet," demikian informasi tersebut.
Pada Rabu malam, Ketua DPD PSI Kabupaten Malang, Yosea Suryo Widodo membantah jika Suprapti merupakan kader partainya. Dia menyebut, ibu penjual dawet itu sudah lama bukan pengurus PSI.
Menurut Yosea, Suprapti sudah keluar dari partai sejak 22 Juni 2020. "Kami sedang mengecek di sistem keanggotaan PSI. Jika benar masih tercatat, kami segera pecat," ucap Yosea saat dikonfirmasi Republika di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Sejak awal, Yosea menegaskan, pihaknya mendukung pengusutan tuntas hilangnya ratusan nyawa dalam tragedi Kanjuruhan. Kemudian, PSI juga mendorong kepolisian mengusut pihak yang bertanggung jawab agar diberi sanksi.
Baca: PSI Tegaskan Suprapti Penjual Dawet di Kanjuruhan Bukan Lagi Kadernya
Nama Suprapti menjadi buruan Aremania lantaran kedapatan membuat rekaman berisi kebohongan yang menjelekkan salah satu tokoh Aremania yang dikenal dengan Nawi Curva Nord. Pelaku yang disebut sebagai ibu penjual dawet itu sebelumnya tercatat sebagai Wakil Ketua DPD PSI Kabupaten Malang.
Setelah tempat tinggalnya diketahui Aremania, ia pun meminta maaf kepada keluarga Nawi Curva Nord. "Saya Bu Prapti meminta maaf, berhubung dengan voice note yang beredar kemarin saya tidak ada tujuan apa pun untuk menjelekkan. Demi Allah saya lillahi ta'ala, meminta maaf kepada panjenengan, maaf bila ada kata saya yang salah ya Mbak," ujar Suprapti sambil menangis.
"Karena bukan tujuan saya untuk mencemarkan nama baik Mas, ya Mbak, tolong dimaafkan, dan tolong dimaafkan untuk Mas-masnya, mohon dimaafkan, karena tidak ada tujuan saya untuk menjelekkan siapa pun di sini, ya Mas, Mbak, terima kasih jika panjenengan bisa menerima permohonan maaf ini," kata Suprapti dalam video yang diunggah di akun Twitter @AremaniaCulture.
Video tudingan Siprapti yang menyalahkan suporter dan membela polisi menyebar di berbagai grup Whatsapp dan media sosial. Dari rekaman suara, Suprapti menyebutkan, banyaknya kematian dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan dipicu aksi desak-desakan Aremania. Dia juga menganggap, tembakan gas air mata yang dilakukan polisi ke suporter tidak banyak.
Suprapti bahkan menuding, Aremania sendiri sebagai penyebab banyaknya korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan. "Kalau gas air mata gak terlalu, tapi karena uyel-uyelan dan desak-desakannya itu," kata Suprapti yang mengaku membuka lapak dawet di sekitar Pintu 3 Stadion Kanjuruhan.
Baca: Kasus Korupsi Helikoper AW-101, Eks KSAU Terima Dako Rp 17,7 Miliar