Rabu 12 Oct 2022 02:49 WIB

KLHK Ajak Pelaku Usaha Terlibat dalam Restorasi Ekosistem Mangrove

KLHK mengajak para pelaku usaha untuk terlibat dalam restorasi ekosistem mangrove.

Nelayan menaiki perahu saat melintas di kawasan konservasi hutan mangrove Lantebung di Makassar, Sulawesi Selatan. KLHK mengajak para pelaku usaha untuk terlibat dalam restorasi ekosistem mangrove.
Foto: ANTARA/Arnas Padda
Nelayan menaiki perahu saat melintas di kawasan konservasi hutan mangrove Lantebung di Makassar, Sulawesi Selatan. KLHK mengajak para pelaku usaha untuk terlibat dalam restorasi ekosistem mangrove.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengajak para pelaku usaha untuk terlibat dalam kegiatan restorasi mangrove di Indonesia sebagai solusi mengatasi perubahan iklim.

Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari KLHK, Agus Justianto dalam pernyataan tertulis yang dikutip di Jakarta, Selasa, mengatakan perlindungan ekosistem pesisir telah menjadi kegiatan strategis dalam proses pemulihan selama pandemi, antara lain berupa kegiatan padat karya penanaman mangrove di setiap provinsi di Indonesia.

Baca Juga

"Upaya perlindungan mangrove sebagai ekosistem blue carbon tidak hanya dikaitkan dengan pengurangan emisi dan peningkatan simpanan karbon, namun juga pelestarian mangrove yang sehat yang memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat," kata Agus.

KLHK menyatakan Indonesia mampu menyerap sekitar 113,18 gigaton karbon, yang didapatkan dari hutan mangrove sekitar 33 miliar ton karbon, lahan gambut 55 miliar ton karbon, dan hutan tropis sebanyak 25,18 miliar ton karbon. Tak hanya itu, potensi perdagangan karbon Indonesia juga diproyeksikan bisa menyentuh angka Rp 350 triliun.

Ekosistem mangrove memiliki nilai karbon biru yang cukup tinggi dan berperan mewujudkan target yang tertuang dalam dokumen kontribusi yang ditetapkan secara nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC).

Identifikasi kebijakan prioritas dan kebutuhan dukungan kementerian terkait serta rekan kerja perlu dilakukan dalam upaya restorasi mangrove di Indonesia.

Agus memandang kegiatan restorasi ekosistem mangrove penting dalam upaya mendukung ketahanan wilayah pesisir di Indonesia, dan mampu merumuskan langkah-langkah strategis dalam mewujudkan pasar karbon untuk ekosistem blue carbon dan untuk mendukung pencapaian Indonesia Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink 2030.

"Pengelolaan sumber daya dan ekosistem kelautan diarahkan untuk dapat mengatasi tantangan degradasi pesisir dan sumber daya alam, perubahan iklim dan polusi laut, serta kerentanan sosial ekonomi masyarakat pesisir," ujarnya.

Indonesia memiliki luas hutan mangrove terbesar di dunia. Berdasarkan peta mangrove nasional, total luas mangrove Indonesia mencapai 3,3 juta hektare atau setara dengan 20 persen dari total mangrove di dunia.

Wakil Ketua Umum Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Silverus Oscar Unggul mengatakan pihaknya mendorong pelaku usaha untuk bergotong-royong dalam memulihkan mangrove di Indonesia.

Beberapa sektor usaha tercatat aktif melakukan kegiatan restorasi sebagai langkah memperkuat perlindungan dan pelestarian ekosistem mangrove melalui program tanggung jawab sosial perusahaan, seperti Pertamina, PLN, Timah, dan Indika Energy.

"Penyelamatan, pengembangan dan berkelanjutan hutan mangrove bisa berjalan apabila melibatkan seluruh pemangku kepentingan bersama-sama berkolaborasi dan berkomitmen untuk mencapai keberhasilan restorasi mangrove yang berkelanjutan," kata Silverus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement