Ahad 09 Oct 2022 08:18 WIB

Baru 2 Persen UMKM yang Ekspor, Jabar Latih UMKM dan Petani Ekspor Mandiri

Pelaku UMKM sangat membutuhkan bantuan khususnya pelatihan ekspor

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Peluncuran program Kolaborasi Optimalisasi UMKM Ekspor (Kompor) yang diluncurkan dalam sesi Jabar Punya Informasi (Japri) pada rangkaian acara Road to West Java Festival 2023 di Gedung Sate, Kota Bandung, Sabtu (8/10/2022).
Foto: istimewa
Peluncuran program Kolaborasi Optimalisasi UMKM Ekspor (Kompor) yang diluncurkan dalam sesi Jabar Punya Informasi (Japri) pada rangkaian acara Road to West Java Festival 2023 di Gedung Sate, Kota Bandung, Sabtu (8/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Produk UMKM dan komoditas petani Jabar sudah banyak yang dikirim ke luar negeri tapi masih melalui jasa eksportir. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar Iendra Sofyan, ekspor Jabar selama ini didominasi produk dan pengusaha besar mencapai 98 persen. Sisanya atau 2 persen diekspor oleh pelaku UMKM.

Iendra mengatakan, pelaku UMKM dan petani penting memiliki kemampuan ekspor secara mandiri tanpa harus melalui jasa eksportir yang berbiaya tinggi. Agar,  petani dan pelaku UMKM bisa menikmati keuntungan lebih besar. 

Baca Juga

"Jadi, diperlukan pelatihan dan pengembangan kapasitas UMKM, dan ini tanggung jawab bukan di satu pemda atau dinas saja, tapi semua stakeholders turut berperan,"  ujar Iendra saat peluncuran program Kolaborasi Optimalisasi UMKM Ekspor (Kompor) yang diluncurkan dalam sesi Jabar Punya Informasi (Japri) pada rangkaian acara Road to West Java Festival 2023 di Gedung Sate, Kota Bandung, Sabtu (8/10/2022).

Iendra menjelaskan, untuk memberikan wawasan ekspor mandiri kepada petani dan pelaku UMKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jabar mencetuskan program Kompor. "Kami ingin mendorong potensi ekspor produk UMKM di Jabar, meningkatkan prosentase ekspor dari UMKM. Sehingga menggelar Kompor, " papar Iendra Sofyan. 

Ekspor Jabar, selama ini didominasi produk dan pengusaha besar mencapai 98 persen. Sisanya atau 2 persen diekspor pelaku UMKM. Jadi, perlu kolaborasi setiap OPD, bukan hanya Disindag saja. Dengan dinas pertanian untuk peningkatan kualitas dan kuantitas produk, dengan dinas UMKM untuk pembinaan ekspor dan dinas-dinas lainnya.  "Termasuk dengan pusat dan daerah," katanya.

Pelaku UMKM, sangat antusias dengan program Kompor. Mereka mengaku sangat membutuhkan bantuan khususnya pelatihan ekspor. Beberapa hal yang perlu diperhatikan UMKM untuk mencapai ke level ekspor adalah 1A +4K, yakni administrasi + kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan kemasan. 

"Akan kita bantu yakni administrasi, kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan kemasan atau 1A + 4K," katanya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perkebunan Jabar Jafar Ismail mengatakan, luas wilayah perkebunan Jabar mencapai 470 hektare, yang mana 89 persen milik rakyat, 11 persen merupakan perkebunan negara, dan sisanya dikelola swasta. 

Artinya, kata dia, banyak perkebunan dimiliki rakyat  namun di sisi lain produksinya masih perlu ditingkatkan. 

"Bulan lalu sudah ada petani kopi yang dapat ekspor langsung, sebelumnya melalui eksportir. Berarti sudah mulai ada kemampuan UMKM untuk ekspor mandiri," katanya.

Namun, kata Jafar, jumlahnya memang masih kecil. Masih banyak petani dan pelaku UMKM yang memerlukan bantuan khususunya pelatihan ekspor. Bukan hanya produk perkebunan kopi saja, namun  teh, vanila, kelapa, dan lainnya. Selain itu mereka juga memerlukan pelatihan penanganan hama dan kualitas produknya.

Sementara menurut Plt Dirjen Perdagangan Dalam Negeri pada Kementerian Perdagangan RI Syailendra mengatakan selain kontinuitas produksi, UMKM juga sangat membutuhkan kepastian pasar. 

Menurutnya, ada dua hal yang dilakukan pusat untuk memastikan kepastian pasar produk UMKM secara offline. Pertama, Kemendag RI membina dan melatih bersama dengan pasar pelaku ritel. Pasar modern akan menilai produk UMKM dan jika layak maka bisa masuk dijual di toko ritel.

Kedua, kata dia, mencari offtaker. Misalnya bekerja sama dengan jaringan perhotelan internasional. "Untuk Jabar saya sudah tandatangan kerja sama dengan jaringan hotel internasional. Misal menyediakan sandal hotel, tea bag, kebutuhan daging ayam, telur, sayuran dan lainnya langsung ke petani atau UMKM," katanya. 

Kemendag juga, kata dia, membantu untuk membuka pasar online bagi UMKM. Memberikan pelatihan penjualan secara online dan bekerja sama dengan marketplace toko online.  "Jabar memiliki potensi luar biasa," katanya. 

Menurut Syailendra, pihaknya sedang merencanakan agar bisa menyuplai kebutuhan haji dan umrah, khususnya untuk makanan dan minuman. Itu sekitar Rp26 triliun. "Jemaah haji kita yang terbanyak, tapi (untuk) makan dan minum ambil dari Vietnam, baju umrah dan haji dari Tiongkok. Ini potensi besar UMKM bisa masuk ke haji dan umrah," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement