Jumat 07 Oct 2022 16:14 WIB

Pengamat: LIB Abaikan Peringatan Bahaya Pertandingan Arema Vs Persebaya

Pengamat menilai LIB mengabaikan peringatan bahaya pertandingan Arema vs Persebaya.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah pegiat HAM bersama mahasiswa menggelar aksi kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta. Pengamat menilai LIB mengabaikan peringatan bahaya pertandingan Arema vs Persebaya.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Sejumlah pegiat HAM bersama mahasiswa menggelar aksi kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta. Pengamat menilai LIB mengabaikan peringatan bahaya pertandingan Arema vs Persebaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Sepak Bola yang juga Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali menilai PT Liga Indonesia Baru (LIB) memang seharusnya ikut bertanggung jawab dengan kejadian tragedi Kanjuruhan di pertandingan Arema vs Persebaya yang menewaskan lebih dari 125 suporter Aremania.

Sebab menurut dia, pihak LIB telah mengabaikan peringatan bahaya dari kepolisian soal pertandingan bigmatch high risk yang digelar di malam hari.

Baca Juga

"Kita dulu pernah juga menyatakan pada PT Liga Indonesia untuk merevisi atau meninjau ulang pelaksanaan pertandingan yang terlalu malam. Karena bukan cuma sekedar namanya rating yang harus diperhatikan dalam pertandingan sepak bola apalagi dalam bisnis sepak bola yang benar-benar harus diperhatikan pertama adalah soal keamanan keselamatan," kata Akmal di acara bersama Najwa, Kamis (6/10/2022) malam.

Padahal, jelas dia, sebenarnya sudah ada aturan soal itu, yakni Undang-Undang nomor 11 Tahun 2022, dimana di dalamnya secara definitif memberikan payung hukum untuk suporter sepak bola. Yakni dalam pasal 52, dinyatakan bahwa suporter sepak bola harus mendapatkan jaminan haknya dan di ayat 5-nya disebutkan salah satunya jaminan haknya, adalah jaminan keamanan dan keselamatan.

"Karena itu ini menjadi pegangan buat kita semua untuk bisa meminta kepada LIB, jangan sampai hanya karena bisnis hanya karena rating kemudian mengabaikan keselamatan dan nyawa manusia tapi kemudian diabaikan," tegas Akmal yang juga kini menjadi anggota Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Tragedi Kanjuruhan ini.

Dan salah satu hasil nyata diabaikannya keamanan tersebut, jelas Akmal terjadi dalam kasus kanjuruhan ini. "Dan ini sudah masuk ke tim pencari fakta," katanya.

Dimana, jelas dia, sebenarnya pihak kepolisian sudah meminta kepada pihak panitia pelaksana dan LIB agar pertandingan Arema Persebaya dimundurkan dari jam 20.00 WIB ke 15.30 WIB. Alasan dari pihak kepolisian adalah kalau dilaksanakan malam kemudian terjadi chaos, itu akan lebih berbahaya dibandingkan dimainkan sore hari.

Kenapa sore, menurut dia, karena sore hari waktunya masih rentang panjang dan ini pertandingan high risk match. Walaupun supporter Persebaya tidak datang, tapi potensi-potensi terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pasti ada. Karena itu kemudian polisi meminta pemunduran waktu itu.

"Sedangkan, kalau malam apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ketika main dimulai jam 20.00 WIB, kemudian selesai 22.00 WIB, itu waktunya tidur. Artinya orang tuh sudah lelah," terangnya.

Ia menyebut, betapa banyak suporter yang pulang malah meninggal, karena kecelakaan lalu lintas, akibat pulang menonton di pertandingan malam hari. "Nah ini yang harus kemudian menjadi perhatian buat pemangku kepentingan sepak bola, bermain malam bukan cuma membahayakan buat penonton dan sebagainya tapi juga dalam analisa kesehatan ini berbahaya," tegasnya.

Bukan hanya ke LIB, Akmal juga sebelumnya sempat mengkritik sikap PSSI soal alasan pemilihan stadion, dan menyebut Stadion JIS tidak mengikuti standar FIFA. Akmal menegaskan justru JIS adalah stadion berstandar FIFA. Jadi, berbagai infrastruktur JIS pastinya sesuai dengan standar agar bisa digunakan untuk berbagai ajang internasional.

"PSSI saja yang mengada-ada. JIS adalah stadion berstandar FIFA yang cukup layak menggelar laga internasional," ucap Akmal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement