REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah mengatakan, pihaknya sudah melakukan penjajakan persepsi publik terhadap kinerja Gubernur DKI Jakarta. Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kemendagri Bahtiar memperoleh suara 37 persen.
Dalam survei yang dilakukan pada 23-26 September lalu itu, kata dia, juga memuat tentang calon penjabat (Pj) DKI Jakarta 2022-2024. “Dari briefing responden, Bahtiar menjadi nama yang dinilai paling layak ditunjuk sebagai Pj Gub DKI,” kata Dedi dalam pemaparannya di Jakarta, Rabu (5/9/2022).
Dikatakan dia, dari 400 responden yang dijadikan dalam peneltian, dan seribu lainnya sebagai responden digital, Dirjen Polpum Kemendagri Bahtiar memperoleh suara 37 persen. Sedangkan Kasetpres Heru Budi Hartono, memperoleh suara sebanyak 31 persen.
“Metode ini memiliki pengukuran kesalahan 2,90 persen dengan tingkat akurasi data 95 persen,” katanya.
Sementara kandidat Pj yang diajukan oleh DPRD DKI Jakarta lainnya, Sekda DKI Jakarta Marullah Matali, medapatkan hasil sebesar 24 persen. Dari total 100 persen, 8 persen di antaranya memilih jawaban tidak tahu atau tidak menjawab.
“Dari tiga nama, cenderung menyatakan bahwa pak Bahtiar jika ditunjuk (Jakarta) menjadi aman, selain (Bahtiar) netral, juga tidak memiliki kedekatan politik di hari ini dan sebelumnya,” lanjut Dedi.
Berbeda dengan Bahtiar, Heru dinilainya kental dengan kemungkinan politis. Pasalnya, Dedi menyebut bahwa dirinya terlampau dekat dengan Presiden Joko Widodo.
Terlepas dari adanya Marullah sebagai Sekda DKI dan dekat dengan Anies, Dedi menilai, publik merasa khawatir jika keputusan Presiden untuk menunjuk Heri karena kedekatan.
“Publik bisa menilai, jangan-jangan keputusan ini bukan demi DKI,” ucapnya.
Meski demikian, dalam poin pertanyaan lain, lanjut Dedi, mayoritas responden atau sekitar 44 persen, merasa jika Marullah Matali memiliki kriteria paling cocok sebagai penjabat. Nilai itu, disusul oleh Bahtiar dengan suara 36 persen dan 16 persen lainnya tidak tahu atau tidak menjawab. Empat persen lainnya memilih Heru Budi.
Kriteria dari kecocokan itu, kata Dedi, diambil dari faktor ramah dan merakyat, netral dari kepentingan politik, polarisasi masa lalu, bersih dari korupsi, kedekatan dan tegas. Bagian ini, dikatakan Dedi, tidak melalui briefing.