Selasa 04 Oct 2022 13:29 WIB

Minta Aremania Menahan Diri, Menko Muhadjir Sampai Menangis

Muhadjir menangis sambil menahan lelehan air matanya dengan telapak tangan.

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, menangis sesenggukan pada saat meminta Aremania menahan diri.
Foto: dok istimewa
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, menangis sesenggukan pada saat meminta Aremania menahan diri.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, menangis sesenggukan pada saat meminta Aremania menahan diri untuk menghindari ledakan sosial.

Hal itu terjadi pada saat Muhadjir bertemu dengan puluhan Aremania (julukan suporter Arema FC) di Stadiona Gajayana, Kota Malang, Senin (3/10/2022) hampir tengah malam.

“Semua prihatin atas insiden di Stadion Kanjuruhan. Tapi saat ini saya minta Aremania untuk menahan diri. Mari kita ciptakan suasana yang kondusif. Jangan sampai ada lagi korban berjatuhan. Sudah cukup. Terlalu mahal nyawa hanya untuk sepak bola,“ ujarnya, dalam siaran pers.

Kemudian Muhadjir menangis sambil menahan lelehan air matanya dengan telapak tangan. Suasana pertemuan yang semula terasa panas, riuh berubah hening. Hanya isakan tangis Muhadjir yang terdengar di sela-sela degub jantung dan desah nafas.

“Saya mencintai Arema. Kita semua mencintai Arema. Tapi tidak boleh mengorbankan nyawa untuk Arema. Terlalu mahal nyawa itu dikorbankan untuk sepak bola. Mari kita kembalikan martabat Arema  di mata Indonesia. Di mata dunia,” lanjut mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Jokowi jilid satu ini.

Ajakan Muhadjir agar Aremania menahan diri bukan suatu yang berlebihan. Memang ada suasana eksplosif di masyarakat. Muhadjir tahu persis kondisi riil karena dia blusukan sejak kurang dari 10 jam setelah musibah kubro (besar) Stadion Kanjuruhan.

Praktis dia di lapangan sejak pagi sampai larut malam. Ia mengunjungi korban yang dirawat di beberapa rumah sakit. Berdialog dengan keluarga korban yang meninggal. Memberikan santunan dari pemerintah kepada korban. Melakukan koordinasi penanganan dengan otoritas terkait dan banyak elemen masyarakat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement