REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ahli epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr Yudhi Wibowo mengatakan bahwa keberadaan posyandu perlu terus dioptimalkan karena berperan penting dalam upaya penurunan prevalensi kekerdilan atau stunting.
"Posyandu berperan penting, salah satunya untuk melakukan deteksi dini terkait kondisi kesehatan dan tumbuh kembang anak melalui buku kesehatan ibu dan anak atau buku KIA," kata Yudhi ketika dihubungi di Jakarta, Senin (3/10/2022).
Pengajar di Fakultas Kedokteran UnsoedPurwokerto, Jateng, tersebut menambahkan kondisi pandemi Covid-19 yang makin terkendali menjadi momentum yang tepat untuk mengoptimalkan peran posyandu.
"Misalnya, jika seorang anak ketika diperiksa di posyandu diketahui mengalami penurunan berat badan atau kekurangan berat badan atau terdapat permasalahan dalam pertumbuhannya maka bisa langsung ditindaklanjuti dengan konsultasi ke dokter anak," katanya.
Menurutnya, posyandu dapat menjadi salah satu garda terdepan dalam program percepatan penurunan stunting di Indonesia. "Selain melakukan deteksi dini, posyandu juga berperan dalam menggencarkan sosialisasi mengenai upaya mencegah stunting kepada para orang tua melalui pola hidup sehat dan pola konsumsi keluarga, mengingat posyandu dapat menjangkau masyarakat hingga ke tingkat desa," katanya.
Untuk itu, dia menilai perlunya menambah jumlah dan memperkuat peran posyandu guna mendukung pemantauan tumbuh kembang anak melalui kegiatan rutin pengukuran berat badan, tinggi badan hingga lingkar kepala.
"Kegiatan rutin di posyandu juga bisa menjadi media strategis untuk mengedukasi orang tua mengenai pentingnya pemberian protein hewani bagi anak, misalnya ikan, daging, telur dan lainnya," katanya.
Melalui edukasi yang menyeluruh, kata dia, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam upaya pencegahan kekerdilan.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto mengatakan pemerintah terus memperkuat edukasi dan sosialisasi mengenai upaya mencegah stunting.
"Prevalensi stunting saat ini sebesar 24,4 persen, sementara pemerintah menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada 2024 atau turun tiga persen per tahun," katanya.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.