Jumat 30 Sep 2022 20:48 WIB

Saksi Hidup Ungkap Detik-Detik Menegangkan Penangkapan DN Aidit

Semua lelaki penduduk desa dibawa oleh tentara.

Rep: C02/ Red: Teguh Firmansyah
D.N. Aidit
Foto:

Sebagai bocah yang belum dewasa, Suprapto tidak menduga jika rumah tersebut dijadikan tempat persembunyian oleh gembong PKI, Aidit. Sebab, baginya Kasim sebagai tetangga terlihat baik dan normal.

Menurutnya, banyak warga juga yang tidak tahu jika ada tamu yang singgah di sana. ”Kami tahunya ya ketika ada banyak tentara yang datang itu. Pak Kasim awalnya keluar dan menemui tentara, namun setelah terdesak, (Aidit) keluar dari dalam rumah. Malam-malam jam 02.00 pagi. Paginya, semua laki-laki juga dibawa tentara itu,” jelas Prapto.

Selang berlalunya waktu, pemilik rumah berpindah tangan. Kondisi rumah yang dulunya jadi tempat persembunyian Aidit pun sudah dirombak total. Dulu rumah tersebut hanya sederhana dengan pekarangan di depannya.

”Dulu rumah itu miliknya Bu Harjo, kemudian disewa Pak Kasim itu. Sekarang sudah ganti lagi pemiliknya,” katanya.

Menurut Ketua Solo Societeit, Dani Saptoni, tertangkapnya Aidit di Sambeng tidak mengindikasikan bahwa Kampung Sambeng adalah basis PKI. Pasalnya, tahun 65 PKI di Solo itu terbilang banyak dan hampir merata, jadi tidak hanya di Sambeng saja. ”Waktu itu PKI kan partai besar,” katanya.

 

Menurutnya masyarakat secara psikologisnya tidak mengaitkan antara Sambeng dengan basis PKI. Jika dikaitkan dengan Aidit, Sambeng hanya berupa lokasi penangkapannya saja.

 

Menurut Dani Sejak dulu Sambeng memang cenderung memiliki masyarakat heterogen. Pasalnya, secara lokasi aksesnya sangat strategis, karena berdekatan dengan Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi.

”Dari dulu Sambeng sudah memiliki ciri perkotaan. Akses transportasi jadi pengaruh adanya pusat-pusat keramaian seperti pasar. Jadi dapat dipastikan tempat semacam ini banyak pendatangnya. Dan ini lumrah terjadi,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement