REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Subbid Dukungan Kesehatan Bidang Darurat Satgas Covid-19 Alexander K Ginting, mengatakan cakupan vaksinasi dosis penguat Covid-19 atau booster yang bergerak lambat menjadi pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan untuk mencapai endemi. Ia pun menyebut salah satu penyebab menipisnya stoknya vaksin di beberapa daerah karena adanya kendala distribusi.
"Sasaran, cakupan tinggi, persediaan banyak, masalah adalah distribusi, penyimpanan dan sentra vaksinasi (sudah berkurang)," ujar Alexander kepada Republika, Kamis (29/9/2022).
Akses masyarakat ke sentra vaksinasi serta program akselerasi vaksinasi perlu kembali dievaluasi. Salah satunya adalah sumber daya manusia yang banyak dan berkesinambungan serta tersedianya sentra vaksinasi.
"Jika dibandingkan dengan pencapaian vaksinasi 2021 dan sekarang jauh berbeda bermakna. Tidak mungkin semua ini dikerjakan oleh Dinkes Kabupaten Kota, termasuk daerah terpencil. Pada tahun 2021, ada mobilisasi SDM dari BUMN, Satgas Covid-19, TNI POLRI, sektor swasta dan korporasi dan lembaga kemasyarakatan,” kata dia.
Prioritas utama dalam kepesertaan vaksinasi adalah kelompok lansia dan masyarakat umum. "Vaksinasi ini harus dilihat sebagai perlindungan dan menjaga agar tidak terinfeksi dan sakit. Diharapkan kelompok masyarakat dan lansia di seluruh Indonesia, bupati dan wali kota harus menciptakan akses agar masyarakat bisa divaksin," katanya.
Data Satgas Covid-19 pada Kamis (29/9/2022) menunjukkan penambahan capaian vaksinasi. Penambahannya terjadi vaksinasi primer pertama dan kedua serta vaksinasi booster pertama dan kedua.
Rincian capaian vaksinasi pada Kamis (29/9/2022) adalaha vaksinasi pertama bertambah 21.071 sehingga akumulasinya menjadi 204.556.520. Kemudian vaksinasi primer kedua hari ini bertambah 20.905 sehingga akumulasinya menjadi 171.161.526.
Untuk vaksinasi ketiga alias booster pertama hari ini bertambah 69.539 sehingga akumulasinya menjadi 63.466.363. Sementara vaksinasi booster kedua bertambah 4.747 sehingga akumulasinya menjadi 608.860.