Rabu 28 Sep 2022 05:17 WIB

IDAI Sebut Cakupan Imunisasi Rutin Anak Menurun Akibat Pandemi Covid-19

Hal ini ditandai dengan indikator kemunculan kembali sejumlah penyakit menular.

Cakupan imunisasi rutin pada anak menurun akibat pandemi Covid-19. (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Cakupan imunisasi rutin pada anak menurun akibat pandemi Covid-19. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso mengajak orang tua memanfaatkan program imunisasi yang telah disediakan pemerintah. Tujuannya, untuk mencegah penyakit menular yang tergolong PD3I.

"Orang tua cobalah memanfaatkan apa yang sudah disiapkan oleh pemerintah, imunisasi gratis di puskesmas atau di posyandu. Apalagi di bulan September sudah diluncurkan penambahan vaksin baru Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV)," kata Piprim, Selasa (27/9/2022).

Baca Juga

Sejumlah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di antaranya termasuk rubella, difteri, polio, pneumonia, meningitis, dan seterusnya. Piprim mengatakan, PD3I merupakan penyakit-penyakit yang angka kesakitan dan kematiannya cukup tinggi.

Menurut Piprim, cakupan imunisasi rutin pada anak di Indonesia menurun signifikan karena faktor pandemi Covid-19. Hal tersebut juga ditandai dengan indikator kemunculan kembali sejumlah penyakit menular seperti difteri, campak, dan rubella.

Ia menilai, program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang digaungkan pemerintah berjalan dengan sukses di Jawa, terutama di wilayah DI Yogyakarta. Namun di sisi lain, Piprim juga menyoroti kesadaran imunisasi yang masih rendah di luar Jawa, seperti Aceh dan Sumatra Barat.

Menurutnya, masih beredarnya hoaks mengenai halal-haram pada vaksin dapat memunculkan keraguan masyarakat terhadap efektivitas program imunisasi. Oleh sebab itu, menurut Piprim, pemerintah juga perlu bekerja sama dengan tokoh masyarakat seperti alum ulama untuk menyosialisasikan pentingnya mencapai cakupan imunisasi yang tinggi.

"Butuh dukungan untuk memerangi hoaks yang bikin galau masyarakat," kata dia.

Piprim menyebut, cakupan imunisasi penting untuk dicapai hingga lebih dari 80 persen agar kekebalan kelompok (herd immunity) bisa terbentuk dan mencegah kemunculan PD3I. Namun, begitu cakupan imunisasi di bawah 60 persen, maka kejadian luar biasa (KLB) bermunculan kembali.

"Cakupan imunisasi seperti DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) itu akan bisa melindungi herd immunity ketika cakupannya 80 persen lebih. Tapi begitu dia turun 60 persen saja, tidak usah sampai rendah lagi, 60 persen saja, itu wabahnya sudah mulai muncul lagi," kata dia.

Piprim menggarisbawahi pentingnya untuk menggencarkan edukasi dan mengingatkan kembali tentang bahaya PD3I. Dengan begitu, masyarakat diharapkan tidak menganggap remeh penyakit-penyakit tersebut.

"Awareness terhadap penyakitnya ini juga mesti diedukasi ulang ke masyarakat agar tidak meremehkan. PD3I ini bisa sangat mengganggu tumbuh kembang anak, bukan hanya soal stunting, tapi anak itu juga bisa cacat dan bahkan bisa meninggal," kata dia.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement