REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut terus berupaya untuk meningkatkan budaya literasi masyarakat. Pasalnya, budaya literasi atau membaca sangat penting untuk kemajuan bangsa.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, mengatakan, budaya literasi dinilai sangat penting guna menentukan keberhasilan. Literasi juga mampu meningkatkan perilaku masyarakat untuk menjadi lebih baik.
“Saya kira dengan banyak membaca, kita memahami kemudian kita melaksanakan, interaksi dengan masyarakat, maka perilaku kita berdasarkan rujukan tadi akan lebih baik," kata dia saat menghadiri rapat koordinasi Peningkatan Budaya Literasi yang digelar Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) di Kabupaten, Kamis (22/9/2022).
Ia menambahkan, budaya literasi juga sangat penting untuk kemajuan, khususnya bagi Kabupaten Garut dan umumnya bagi bangsa. Untuk meningkatkan budaya literasi, Pemkab Garut disebut telah membangun perpustakaan yang cukup megah dan bagus. Menurut dia, perpustakaan itu dapat digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat.
Tak hanya itu, Pemkab Garut juga telah menyediakan layanan taman baca dam perpustakaan keliling. Buku yang disediakan aa layanan itu juga selalu dilengkapi. "Jadi kami keliling ada yang ke desa, ada juga di tempat-tempat keramaian agar masyarakat senang kepada literasi,” kata Helmi.
Helmi menjelaskan, Pemkab Garut juga memiliki tenaga penyuluh untuk meningkatkan budaya literasi yang berasal dari berbagai profesi. Tenaga penyuluh ini bukan hanya menyampaikan informasi tetapi juga memberikan literasi kepada masyarakat.
“Kami punya 42 kecamatan, 442 desa (dan) kelurahan, RW aja ada 6.000 sampai 8.000. Ini pekerjaan yang memerlukan tenaga yang cukup besar untuk menjangkau seluruh masyarakat, menjangkau seluruh kelompok masyarakat agar ada peningkatan budaya literasi,” ujar dia.
Namun, ia berharap masyarakat dapat bersama-sama meningkatkan budaya literasi. Menurut dia, kesuksesan akan didapatkan jika masyarakat meningkatkan budaya literasi.
Sementara itu, Asisten Deputi Literasi, Inovasi dan Kreativitas Kemenko PMK, Molly Prabawaty, menyampaikan, berdasarkan indikator literasi global seperti Progress in International Reading Literacy Studies (PIRLS), Program For International Student Assessment (PISA), dan Programme for the International Assessment of Adult Competencies (PIAAC), budaya literasi di Indonesia masih rendah. Pasalnya, tingkat kegemaran membaca di Indonesia relatif masih rendah.
“Nilai budaya literasi dalam indeks pemajuan kebudayaan tahun 2020 baru mencapai 61,63. Ini sumber dari Kemendikbudristek tahun 2021 sedangkan target tahun 2024 sebesar 71, masih terdapat gap sebesar 9,37 poin,” kata dia.
Namun, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan budaya literasi. Salah satunya adalah dengan penyusunan draf peraturan presiden tentang pembudidayaan literasi. “Kami Kemenko PMK tahun lalu telah menyelesaikan naskah akademik penyusunan peta jalan pembudayaan literasi dan ini melibatkan 56 kementerian/lembaga. Jadi setelah naskah akademik itu selesai, kami berkirim surat kepada Kemendikbud Ristek," kata dia.