Rabu 21 Sep 2022 20:22 WIB
Catatan Menuju Muktamar PERSIS ke-16

100 Tahun PERSIS: Belajar dari Masa Lalu, Menatap Masa Depan

PERSIS selalu memperhatikan stabilitas dan keberlangsungannya.

logo persis
Foto:

Menatap Masa Depan

Belajar dari masa lalu, kini saatnya menatap masa depan. Seorang sutradara film Edward Zwick dalam filmnya yang berjudul The Last Samurai, menorehkan catatan. Sebagaimana disampaikan raja Jepang dalam film tersebut we have to modernize, but we have to know who we are, kita harus modern, tapi kita harus tahu siapa diri kita. Dalam kontek PERSIS, PERSIS akan terus mengalami ekspansi ke seluruh pelosok negeri ini, namun PERSIS juga tidak akan meninggalkan khittah awal PERSIS sebagai gerakan pemikiran.

Dalam menatap masa depan ada beberapa hal yang akan diperhatikan oleh PERSIS. Pertama, tetap berbasis pemikiran. PERSIS sebagai gerakan ormas berbasis gerakan pemikiran, dalam melakukan ekspansi PERSIS kan selalu bersandar atau bertapak pada fondasi keilmuan atau pemikiran.

Pondasi keilmuan yang akan dibangun oleh para pemikir PERSIS akan selalu kembali kepada Alquran dan Sunnah sebagaimana diinterpretasikan oleh para ulama, baik ulama terdahulu maupun ulama kontemporer. Selain itu, para pemikir PERSIS juga tidak akan pernah ragu untuk melakukan tafsir teks kepada kontekstul pada saat ini. Dengan demikian sebagai gerakan pemikiran pembaharu, PERSIS akan selalu hadir dalam memberikan solusi bagi masalah keumatan.

Kedua, kemandirian ekonomi. Mengelola organisasi massa jauh lebih sulit dibandingkan mengelola pemerintahan. Mengelola pemerintahan jelas ada anggaran dari APBN, sementara mengelola organisasi massa tak mempunyai APBN. Jadi pejabat pemerintah dengan segenap fasilitas dari uang rakyat, sementara pemimpin organisasi massa Islam harus mewaqafkan diri dan keluarganya untuk kemajuan organisasi.

Kemandirian ekonomi merupakan tradisi PERSIS yang sekarang mungkin agak terlupakan oleh Jamaah PERSIS. Kalau kita bercermin kepada para pendiri PERSIS, baik KH Zam-Zam maupun KH Muhamad Yunus keduanya adalah pedagang, yang membiayai kenduri dari kantongnya sendiri. Demikian juga dengan Tuan Hassan, guru utama PERSIS, beliau menulis, mengedit, mencetak hingga menjual buku dan majalahnya dilakukan sendiri. Sehingga karakter pemikir PERSIS pada jamannya analisanya tajam dan tidak bisa ‘dibeli’ baik oleh ekonomi, politik, sosial atau apapun. Sebab para tokoh PERSIS adalah orang-orang yang mandiri secara ekonomi.

Tradisi ekonomi mandiri inilah yang harus dihidupkan kembali oleh Jamaah PERSIS ke depan. Potensi yang ada di Jamaah PERSIS sungguh luar biasa sekali, mulai dari konveksi, peternak, petani serta pedagang dalam maupun luar negeri. Namun semua berjalan masing-masing, belum ada sinergitas antara individu dengan organisasi, sehingga potensi ini belum menjadi kapital ekonomi bagi kemajuan organisasi PERSIS.

Tanpa ekonomi yang mandiri, maka keberlangsungan dakwah akan sangat sulit. Dakwah ketika menghadapi kebatilan atau kedzaliman akan bersuara sumbang. Dakwah tanpa ekonomi yag mandiri akan selalu didikte oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Kemandirian ekonomi menjadi prasyarat utama dalam legacy PERSIS untuk izzul Islam wal Muslimiin.

Terakhir, hal yang harus segera (urgent) untuk segera diselesaikan adalah konsolidasi dan ekspansi Jamiyyah. Tak bisa dinafikan alumni dari pesantren atau sekolah PERSIS jumlahnya ratusan ribu. Sebagian ada yang berkiprah secara struktural di PERSIS, namun jauh lebih banyak ‘orang PERSIS’ yang tidak berkiprah di struktural organisasi, atau sering disebut sebagai PERSIS kultural.

Potensi PERSIS kultural maupun struktural perlu dikonsolidasikan dan disinergikan. Dulu ada istilah alumni PERSIS Bangil dan alumni PERSIS Bandung, seiring berjalannya waktu dengan upaya konsolidasi sekarang tak ada lagi sekat antara PERSIS Bangil dan Bandung.

Dari konsolidasi dan sinergi inilah ekspansi PERSIS secara organisatoris dapat dilakukan. Tak sedikit alumni pesantren PERSIS yang berada di berbagai pulau di Indonesia kini kembali bergabung dengan PERSIS dan mendirikan PC, PD maupun PW.

Dalam hal ekspansi PERSIS bukan sekedar penambahan jumlah secara kuantitatif, namun harus dibarengi dengan peningkatan kualitas kelembagaan tersebut. Terbentuknya PC, PD serta PW harus dibarengi dengan infrastruktur dasar organisasi yaitu berupa masjid dan majelis talim sekurang-kurangnya. Lebih bagik lagi kalau oleh masjid dan madrasah diniyah (setingkat SD) untuk tingkat PC. Sementara untuk tingkat PD dibarengi infrastruktur masjid dan tsanawiyah atau yang sederajat dan tingkat PW harus mempunyai masjid dan pendidikan aliyah atau yang sederajat.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa PERSIS sebagai gerakan pemikiran pembaharu ‘tajdid’ tidak akan pernah berhenti, tentu saja akan selalu mengikuti corak jamannya. PERSIS akan selalu memberikan solusi bagi persoalan umat dan bangsa ini dalam menghadapi berbagai persoalan keagamaan dan kebangsaan.

Tahapan ekspansi dan konsolidasi akan terus dilakukan PERSIS ke berbagai penjuru tanah air. Namun ekspansi PERSIS akan selalu dibarengi dengan basis gerakan PERSIS itu sendiri yaitu masjid dan sekolah. Jamaah PERSIS meyakini bahwa dakwah ke masyarakat sebagai bagian dari edukasi harus dilakukan secara berkelanjutan di semua tempat dan waktu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement