Rabu 21 Sep 2022 15:32 WIB

Zulkifli Hasan: Harga Kambing Tinggi di Bali Karena Distribusi Ketat

Mendag Zulkifli Hasan sebut harga Kambing yang tinggi karena distribusi yang ketat.

Pekerja memberikan pakan untuk kambing kurban yang dijual di kawasan Mahendradata, Denpasar, Bali. Mendag Zulkifli Hasan sebut harga Kambing yang tinggi karena distribusi yang ketat.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Pekerja memberikan pakan untuk kambing kurban yang dijual di kawasan Mahendradata, Denpasar, Bali. Mendag Zulkifli Hasan sebut harga Kambing yang tinggi karena distribusi yang ketat.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam kunjungannya ke Pasar Badung, Bali, menjelaskan bahwa penyebab harga kambing di Pulau Dewata tinggi lantaran adanya pengetatan distribusi saat hewan tersebut masuk ke Bali dari Pulau Jawa.

"Kambing memang agak mahal karena ketat dari Jawa. Tadi ada pedagang yang menyampaikan masuk kemari tidak mudah karena pemerintah ekstra hati-hati akan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), karena Bali ini kan aman," kata Zulkifli di Denpasar, Bali, Rabu (21/9/2022).

Baca Juga

Harga kambing di Pasar Badung saat ini menyentuh harga Rp160 ribu per kilogram. Menurut Mendag, jangan sampai kambing dari luar Bali setelah masuk justru menularkan virus.

"PMK ini menularnya dengan berbagai cara, ada yang dari hewannya langsung dan ada yang melalui kita. Jadi, memang harus divaksin dan dikarantina, memang diperketat agar Bali bebas dari PMK," ujar dia.

Sementara itu salah satu pedagang daging kambing di pasar tersebut membenarkan sulitnya kambing masuk ke Pulau Dewata sejak adanya PMK.

"Iya memang masih tinggi itu karena di Gilimanuk ditahan tidak boleh masuk. Kambing bisa masuk tapi harus bayar per ekornya Rp 250 ribu. Biasanya tidak bayar sama sekali, ini alasannya karena masih PMK," kata pedagang di Pasar Badung, Sulaiman Fadli (42).

Kepada media di Denpasar ia menyampaikan bahwa tarif tersebut memberatkan pedagang. Sulaiman yang biasanya mengambil kambing dari Jawa 30 ekor terpaksa harus membayar ongkos hingga Rp 7,5 juta jika ingin mengambil dari luar.

Dengan kondisi tersebut, akhirnya pedagang yang lapaknya sudah ada sejak 2006 itu harus mengambil kambing dari dalam Bali, namun dengan harga yang lebih mahal dari kambing Jawa.

"Saya mohon agar kambing diloloskan lah, kan kambing tidak ada masalah, kan cuma sapi. Kalau babi bisa keluar masuk tapi kepada kambing tidak, itu saya herankan," ujar Sulaiman.

Dengan kondisi harga kambing yang naik Rp 10 ribu dari sebelumnya, Sulaiman mengaku kesulitan dalam menggaet pembeli. Dari yang dulunya mampu menjual 12 ekor sehari, kini hanya lima ekor kambing yang dapat dijual.

Sementara itu untuk bahan dasar lainnya seperti cabai dan bawang masih terpantau aman, bahkan lebih rendah dari harga di Pulau Jawa, menurut Mendag.

"Harga-harga di Pasar Badung ini stabil bahkan di bawah harga rata-rata di pasar-pasar lain yang saya datangi. Misal bawang merah Rp 23 ribu dan yang terbaik Rp 25 ribu, di Jawa rata-rata Rp 30 ribu. Cabai di sini lebih murah Rp 45 ribu, di Jawa rata-rata Rp 60 ribu," kata Mendag Zulkifli Hasan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement