REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Masalah kepadatan lalu lintas atau kemacetan di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) makin kentara seiring dengan tingginya mobilitas masyarakat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Pengamat Transportasi Darmaningtyas pun mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel untuk memberi perhatian pada penyediaan transportasi publik yang memadai sebagai salah satu upaya dalam mengatasi kemacetan.
Darmaningtyas dengan gamblang berpendapat bahwa transportasi umum di Kota Tangsel masih buruk. Pasalnya, hingga saat ini transportasi umum yang berada di bawah kewenangan Pemkot Tangsel belum ada. Sementara transportasi publik yang terlihat saban hari di Tangsel adalah angkutan kota (angkot), yang menurutnya sangat perlu untuk dibenahi.
“(Selama hampir 14 tahun usia Tangsel, Red) saya lihat sih enggak ada perhatian ke sana (transportasi publik, Red) dilihat dari kondisi angkotnya saja. Ya sebagai daerah penyangga Ibu Kota dan warganya banyak bekerja di Jakarta yang mobilitasnya cukup tinggi, saya kira sudah saatnya membangun jaringan transportasi publik,” kata Darmaningtyas kepada Republika.co.id, Ahad (18/9/2022).
Menurut hematnya, Pemkot Tangsel saat ini tidak perlu berpikir muluk-muluk untuk membangun transportasi publik seperti mass rapid transit (MRT) atau light rail transit (LRT) ataupun jalur khusus busway karena memakan biaya investasi yang besar. Dia berpendapat perhatian itu bisa diwujudkan melalui transportasi angkot atau bus sedang yang memadai.
“Cukup misalnya dengan bus-bus sedang dan angkot yang dibenahi. Bus-bus yang cukup baik dengan kondisi ber-AC dan terjadwal, itu sudah bisa memperlihatkan bahwa Pemkot punya perhatian untuk mengembangkan angkutan umum,” ungkapnya.
Darmaningtyas mengatakan, jika transportasi publik di Tangsel bisa terwujud, nantinya masyarakat secara sadar akan beralih dari menggunakan transportasi pribadi menjadi transportasi publik. Hal itu dinilai tidak mustahil asal fasilitas yang disediakan memang yang dibutuhkan oleh warga.
“Ya bisa saja (masyarakat beralih ke transportasi publik, Red). Kalau transportasi publik yang dibangun menawarkan keselamatan, keamanan, kenyamanan, tarif terjangkau, dan waktunya memberikan kepastian, orang secara otomatis akan pindah ke angkutan umum,” tuturnya.
Lebih lanjut, Darmaningtyas berpendapat narasi Pemkot Tangsel untuk membuat warga beralih ke transportasi publik pada 2023 bisa saja terwujud sesuai dengan harapan. Hal itu tidak terlepas dari keseriusan dalam membangun sektor tersebut.
“Itu soal kemauan politik. Kalau kemauan politiknya kuat, bisa saja dibentuk kelembagaannya. Bikin masterplan-nya transportasi Kota Tangsel seperti apa,” kata dia.