REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Tuty Angraini menilai teh asal Sumatra Barat masih menjanjikan untuk dikembangkan ke depan. Ia menyebut ada kesesuaian lahan dan iklim yang mendukung.
"Dari data yang dipaparkan Dewan Teh Indonesia, Sumbar merupakan daerah penghasil teh nomor tiga di Indonesia, selain untuk konsumsi lokal pasar ekspor juga masih terbuka," kata Prof Tuty di Padang, Senin (19/9/2022).
Prof Tuty menyampaikan hal itu pada pengukuhan Guru Besar Ilmu Teknologi Hasil Kebun dengan orasi ilmiah berjudul "Potensi Teh (Camellia Sinensis) Sumatra Barat sebagai Antioksidan Serta Pengaruh Keberadaan Antrhraquinone sebagai Kontaminan". Menurut dia, Sumatra Barat memiliki sejumlah keunggulan dari sisi iklim karena sebaran curah hujan merata sepanjang tahun sehingga tidak ada perbedaan tegas musim hujan dengan musim kemarau sebagaimana di Pulau Jawa.
Prof Tuty memaparkan jenis teh yang dihasilkan di Sumbar, yaitu teh hitam dari daerah Solok dan teh hijau dari Solok Selatan. Teh hitam merupakan teh yang berasal dari pucuk dan daun muda tanaman yang diolah dengan menggunakan proses oksidasi enzimatis menggunakan prinsip reaksi oksidasi senyawa yang terkandung dalam daun teh dengan oksigen pada udara.
"Sedangkan teh hijau merupakan teh yang berasal dari pucuk daun muda yang diolah tanpa atau sedikit proses oksidasi enzimatis," kata Prof Tuty.