Jumat 09 Sep 2022 08:44 WIB

Ratu Inggris Elizabeth II Wafat: Als ik Brits was....?

Suasana paradoks mendengar wafatnya Ratu Inggris.

Ratu ELizabeth II
Foto: Istinmewa
Ratu ELizabeth II

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.

Ratu Inggris Elizabeth II dengan mahkota bertakhtakan permata mencorong yang disebut 'Cullinan Jewels'. Permata ini disebut salah satu permata terbesar di dunia yang didapat dari sebuah tambang di Afrika Selatan seusai perang Boer.

Enakan mana dijajah Belanda atau Inggris? Pertanyaan ini pernah ditulis oleh sejarawan penulis epos Diponegoro asal Inggris yang kini mukim di Indonesia, Peter Carey. Jawabannya saat itu netral saja, bisa ya bisa tidak. Sebab, semuanya mahfum dijajah tidak ada yang enak.

Semalam, Ratu Inggris Elizabeth II, wafat. Apakah saya perlu bersedih? Jawabnya, bisa ya bisa tidak. Terserah Anda. Tapi, demi sopan santun etika pergaulan internasional sebaiknya ucapkan turut berduka cita. Namun, kenyataannya di Indonesia, kabar itu semuanya biasa saja. Pagi ini lalu lintas tetap hiruk pikuk. Persis apa yang dikatakan penyair Rusia tempo dulu, ketika seseorang meninggal dunia pohon ceri dan murbai terus tumbuh. Jadi ya alami saja.

Kencenderungan sebagian orang Indonesia membandingkan penjajahan Belanda dengan Inggris memang dapat dimengerti. Ini karena mereka melihat kenyataan bila berbagai negara mantan jajahan Inggris masih nyaman disebut sebagai bekas koloni Inggris dan menggabungkan diri dalam sebuah ikatan yang disebut 'protektorat'. 

Baca juga : BREAKING NEWS: Ratu Elizabeth II Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun

Hal itu memang beda dengan negara yang mantan jajahan Belanda (dan juga Spanyol dan Portugis). Faktanya mereka terasa kental perasaan sakit hatinya. Ini karena negara bekas jajahan Inggris kini relatif lebih sejahtera dan beradab. Sedangkan, negara bekas jajahan Belanda hidupnya keblangsak atau terlunta-lunta. Di Indonesia selalu disebut korupsi hasil turunan dari budaya perlaku korup para pejabat kongsi dagang Hindia Timur Belanda, VOC. Atau frasa yang paling baru yang ngepop ketika menyebutkan senyuman sadis layaknya pembunuh berdarang dingin, sebagai senyum Westerling. Hingga ujaran tak perlu merasa gugup dan khawatir sebab 'Belanda masih jauh."

Jejak budaya sekonyol itu tak terlalu berbekas, misalnya dengan melihat budaya orang Malaysia masa kini. Hal itu, misalnya, warga negara jiran itu masih antusias melestarikan bahasa tuan koloninya, sedangkan Indonesia menggebah jauh-jauh bahasa Belanda. Sangat jarang orang Indonesia yang bisa bahasa berbahasa Belanda hari ini. Sedangkan, di Malaysia bahasa Inggris malah jadi bahasa kedua. Bahasa Belanda di Indonesia benar-benar eksis di benak orang Indonesia sebagai bahasa dengan nuansa pejorartif, milik kaum tak berbudaya dan penjajah sadis tukang keruk harta.

Meski begitu, jejak kekuasaan Inggris di Indonesia memang sebenarnya juga memang tak juga baik. Bagi orang yang tinggal di kawasan timur Indonesia, sejarah menyatakan penderitaan orang dari kawasan ini juga luar biasa. Wilayah ini dipakai sebagai ajang perebutan bala tentara kerajaan Inggris beserta para kekuatan kolonial Eropa lainnya. Mereka saling berkonflik, bunuh, dan angkat senjata di wilayah yang penuh dengan rempah. Sultan Nuku, Sultan Nuku Baabdullah dari kerajaan Ternate dan Tidore menjadi korban keganasan kolonial Inggris dan para kolonial putih Eropa lainnya.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement