Senin 05 Sep 2022 21:37 WIB

46 Bencana Terjadi Selama Sepekan Terakhir

Jumlah bencana alam meningkat dibandingkan sepekan sebelumnya.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham Tirta
Banjir di Desa Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan beberapa waktu lalu (ilustrasi). Sebanyak 46 bencana alam terjadi dalam sepekan terakhir.
Foto: ANTARA/Bayu Pratama S
Banjir di Desa Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan beberapa waktu lalu (ilustrasi). Sebanyak 46 bencana alam terjadi dalam sepekan terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat tejadi 46 kejadian bencana sepekan terakhir hingga 4 September 2022. Jumlah bencana alam yang terjadi sepekan terakhir ternyata meningkat dibandingkan sepekan sebelumnya.

"Selama kurun waktu 29 Agustus 2022 sampai 4 September 2022 telah terjadi 46 kali kejadian bencana," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam konferensi virtual, Senin (5/9/2022).

Baca Juga

Ia menambahkan, sepekan sebelumnya masih terjadi 37 kali kejadian bencana dan jumlahnya dianggap sudah banyak. Ternyata, jumlah bencana di pekan terakhir kembali meningkat. Di antaranya banjir 25 kali, cuaca ekstrem 13 kali, hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dua kali. Artinya, bencana sepekan terakhir mayoritas adalah hidrometeorologi basah.

"Padahal, karhutla lebih banyak dibandingkan banjir di dua pekan lalu. Tetapi kemudian selama akhir Agustus 2022 dan awal September 2022 atau 2 pekan berturut-turut terjadi bencana hidrometeorologi basah yang artinya kembali lagi menjadi paling dominan," ujarnya.

Ia menambahkan, hampir seluruh wilayah Indonesia kecuali Papua, mulai dari Aceh, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hampir merata terdampak banjir. Meskipun belum waktunya terjadi musim hujan, ia mengutip peringatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyampaikan supaya masyarakat mewaspadai awal musim hujan terjadi lebih cepat.

Seharusnya saat ini masih ada di awal musim peralihan. Ia menyebutkan, siklus di Indonesia adalah musim hujan selama Desember, Januari, Februari, dan kemudian Maret mulai peralihan cuaca ke kemarau. Kemudian, September, Oktober, dan November adalah peralihan dari kemarau ke hujan.

"Tetapi di awal peralihan ini sangat luar biasa atau 98 persen frekuensi kejadian (bencana sekarang) adalah hidrometeorologi dan terus naik. Kami harapkan bencana tak naik lagi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement