Senin 05 Sep 2022 15:06 WIB

Stunting Pengaruhi Tingkat Rata-Rata IQ Masyarakat Indonesia di Asia

Rata-rata IQ masyarakat Indonesia paling rendah dibandingkan negara Asia lainnya.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agus Yulianto
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo.
Foto: BKKBN
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo mengatakan, stunting adalah persoalan serius yang harus mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat. Persoalan stunting, menurut Hasto, adalah bagian dari pembangunan sumber daya manusia.

"Bapak Presiden Joko Widodo sudah menekankan bahwa pembangunan SDM perlu diperhatikan,” kata Hasto dalam keterangan, Senin (5/9/2022)

Lebih lanjut, Hasto mengatakan, tingkat rata-rata IQ masyarakat Indonesia paling rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Indeks pembangunan manusia atau human capital index menurut Hasto, juga rendah dan berada pada urutan 75 hingga 83 dari 170 negara.

“Setelah diurut, ternyata penyebabnya karena stunting. Orang stunting itu mudah dicirikan, pendek, IQ nya tidak berkembang, dan sakit-sakitan. Stunting itu tidak produktif,” ujarnya.

Karena itu, Hasto mengajak masyarakat untuk saling menolong. “Marilah kita menolong tetangga kita, cegah stunting itu mudah sekali. Butuh protein hewani,” kata Hasto.

Hasto juga mengajak masyarakat untuk menjadi Bapak Asuh Anak Stunting dengan memberikan donasi Rp 450 ribu setiap bulan. “Minimal untuk selama 6 bulan. Sebab kesempatannya hanya pada dua tahun usia bayi. Setelah itu tidak bisa dikoreksi lagi. Dua tahun itu betul-betul harus kita urus,” ujar Hasto.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, ada tiga upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI, untuk mencegah stunting pada anak di Indonesia. Dia menyebut, ketiga intervensi itu akan dimulai pada wanita sebelum kehamilan.

Upaya pertama pencegahan stunting adalah pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi para remaja putri. Kegiatan ini telah dimulai dengan menggalakkan Aksi Bergizi di Sekolah dengan 3 paket intervensi yakni pemberian TTD mingguan bagi remaja putri, aktivitas fisik dan konsumsi makanan bergizi seimbang.

Intervensi kedua, dengan pemberian TTD pemeriksaan kehalalan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil. Upaya ketiga, lanjut Menkes, dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan. Dikatakan Menkes, protein hewani ini tidak perlu yang mahal. Ada banyak sumber protein hewani yang harganya terjangkau dan bisa didapatkan di sekitar kita.

"Yang paling penting menurunkan stunting dengan menambahkan protein hewani seperti telur, ikan, ayam, daging dan susu. Terserah di masing-masing daerah yang tersedianya, yang penting protein hewani," ujar Menkes.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement