REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Stasiun Klimatologi Sulawesi Utara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut kecil kemungkinan Provinsi Sulut mengalami bencana kekeringan. "Di Sulut periode musim kemarau biasanya di bulan Juli, akan tetapi pada beberapa tahun terakhir yang dimulai tahun 2020, 2021 dan 2022 meski musim kemarau tapi masih disertai dengan hujan," sebut Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Sulut BMKG, Chandra Buana di Manado, Sabtu (3/9/2022).
Pada tahun 2022 ini, kata dia, hal itu didukung dengan kondisi sejumlah daerah yang mengalamihujan walaupun di bulan September ini adalah periode musim kemarau. "Beberapa daerah seperti Kota Manado, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, masih diguyur hujan," katanya.
Dia berharap warga mewaspadai hujan sporadis yang muncul dengan intensitas sedang hingga lebat yang bisa memicu terjadinya bencana hidrometeorologi. "Di Sulut bencana hidrometeorologi yang dominan adalah banjir dan tanah longsor, ini yang harus diwaspadai masyarakat," katanya.
Warga yang bermukim di daerah berbukit atau curam, diharapkan mewaspadai bencana longsor, sementara yang menetap di bantaran sungai dan daerah dengan potensi banjir tinggi diharapkan mencari daerah yang aman bila hujan deras.
"Selain meningkatkan kewaspadaan mereka yang tinggal di daerah rawan bencana banjir dan longsor, penting pula menjaga kebersihan lingkungan di dalamnya menjaga merawat dan membersihkan drainase," katanya.