Jumat 02 Sep 2022 21:28 WIB

Guru Besar FKUI: Mutasi Sebabkan Varian-Varian Baru Covid-19 Semakin Melemah

Namun, Amin tetap mengingatkan pentingnya vaksinasi booster.

Calon penumpang kereta api jarak jauh mengikuti vaksinasi merah putih di Stasiun Yogyakarta, Rabu (31/8/2022). Vaksinasi Covid-19 booster ini untuk warga umum serta calon penumpang kereta api jarak jauh. Sebanyak 500 dosis vaksin Covid-19 disiapkan untuk vaksinasi merah putih ini.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Calon penumpang kereta api jarak jauh mengikuti vaksinasi merah putih di Stasiun Yogyakarta, Rabu (31/8/2022). Vaksinasi Covid-19 booster ini untuk warga umum serta calon penumpang kereta api jarak jauh. Sebanyak 500 dosis vaksin Covid-19 disiapkan untuk vaksinasi merah putih ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Amin Soebandrio menyatakan, mutasi telah menyebabkan varian-varian baru Covid-19 semakin melemah. Namun, Amin tetap mengingatkan pentingnya vaksinasi booster.

"Mutasi itu sebetulnya justru membuat virusnya tampak lemah. Hanya empat sampai lima persen dari mutasi yang dapat membuat virus lebih fit atau bisa menyesuaikan diri," kata Amin dalam diskusi daring "Bebas Bepergian Asal Sudah Booster" diikuti di Jakarta, Jumat (2/9/2022).

Baca Juga

Amin menuturkan, mutasi virus dapat terjadi secara acak. Dalam proses itu, virus akan bereplikasi memperbanyak diri saat menemukan orang (host) baru untuk ditularkan, namun terdapat kemungkinan bila terjadi kesalahan penyalinan terhadap materi genetiknya.

Akibatnya, hanya empat sampai dengan lima persen virus dari hasil mutasi yang dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan lingkungan di sekitarnya, baik karena obat ataupun antibodi. Peluang tersebutlah yang kemudian harus dihadapi oleh Indonesia.

Sebab, semakin banyak orang yang terinfeksi maka kemungkinan bermutasi dan melahirkan varian-varian baru yang cukup mengkhawatirkan akan terus terbuka lebar.

"Dalam rentang waktu tertentu ini, justru akan semakin menurun. Baik itu kemampuan menularnya maupun virulensinya," katanya.

Menurut Amin, kondisi tersebut tidak bisa disepelekan karena menyebabkan risiko penularan dapat terjadi pada pihak manapun.

"Saya sampaikan 45 persen dari mutasi itu, justru menyebabkan virusnya mati. Sekitar 30 persen menyebabkan virusnya tambah lemah dan sekitar 25 persen mutasi itu tidak menyebabkan perubahan apa-apa. Tapi hanya empat sampai lima persen yang menyebabkan virus itu survive," katanya.

Amin menekankan, bahwa vaksin yang telah didapatkan oleh masyarakat berapapun jumlah dosisnya, dapat sangat bermanfaat dan membentuk kekebalan imunitas di dalam masyarakat. Vaksinasi memberikan proteksi dari virus yang terus bermutasi dan terus berubah-ubah.

Beberapa perusahaan vaksin besar juga sedang berupaya untuk bisa menyesuaikan vaksin buatannya terhadap varian-varian baru. Dirinya berharap cakupan vaksinasi dapat terus ditingkatkan tanpa harus ada ketimpangan pada tiap-tiap kelompok dalam masyarakat.

"Berbicara tentang mutasi selama kita bisa mencegah si virus itu menemukan host baru (melalui vaksinasi), maka itu akan memperkecil kemungkinan virus itu bermutasi, itu yang harus kita lakukan," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement