"Ada 13 kematian, jadi sekitar 0,02 persen dan kematiannya bukan karena virus cacar monyet. Biasanya infeksi menyebabkan secondary infection bisa pneumonia atau meningitis," tegas Budi.
Ketua Satgas Monkeypox (cacar monyet) PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Hanny Nilasari, SpKK, menjelaskan untuk pemberian vaksin cacar monyet ada yang post exprosure yakni diberikan setelah terkena cacar monyet dan pre exprosure yaitu vaksin yang diberikan untuk pencegahan. "Dan memang kami sendiri dari PB IDI sedang melakukan konsolidasi untuk memberikan vaksin yang mana terbaik untuk dipilih Kementerian Kesehatan," ujar Hanny.
Hingga kini, sambung Hanny, belum ada rekomendasi yang diberikan, karena divisi tata laksana masih terus berkonsolidasi dan memfinalisasi hasil kajiannya. "Mudah-mudahan di hari Jumat bisa ditampilkan update vaksin apa yang direkomendasikannya kepada Kementerian Kesehatan," ujarnya.
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan tidak ada jaminan masyarakat yang sudah mendapat vaksin cacar lebih dari tiga tahun yang lalu terhindar dari penularan. Terlebih, lanjut Dicky, sembilan persen orang yang terinfeksi cacar monyet pernah mendapat vaksin cacar akibat virus variola atau smallpox.
Baca juga :Bio Farma Ungkap Tiga Kandidat Vaksin Cacar Monyet untuk Digunakan Indonesia