Selasa 30 Aug 2022 16:40 WIB

Indonesia Pesan 2.000 Dosis Vaksin Cacar Monyet

Vaskin cacar monyet yang dipesan Indonesia merupakan produksi Bavarian Nordic.

FILE - Botol kosong berisi vaksin cacar monyet tergeletak di atas meja setelah digunakan (ilustrasi). Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia telah memesan 2.000 dosis vaksin Monkeypox produksi Bavarian Nordic untuk melindungi masyarakat dari risiko penularan cacar monyet.
Foto: AP/Francisco Seco, File
FILE - Botol kosong berisi vaksin cacar monyet tergeletak di atas meja setelah digunakan (ilustrasi). Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia telah memesan 2.000 dosis vaksin Monkeypox produksi Bavarian Nordic untuk melindungi masyarakat dari risiko penularan cacar monyet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia telah memesan 2.000 dosis vaksin Monkeypox produksi Bavarian Nordic untuk melindungi masyarakat dari risiko penularan cacar monyet.

"Dari vaksinasi, kita sudah memesan vaksinnya 2.000 dosis dari Bavarian Nordic dibantu KBRI Denmark, karena ada vaksin Monkeypox di sana," kata Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan pemaparan tentang Monkeypox di Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX yang diikuti dari YouTube DPRI di Jakarta, Selasa (30/8/2022).

Baca Juga

Budi mengatakan masyarakat Indonesia relatif lebih terlindungi dari risiko penularan Monkeypox sebab adanya proteksi dari program Vaksinasi Cacar atau Smallpox yang bergulir sebelum tahun 1980. "Orang-orang yang lahir sebelum tahun 1980 dan sudah pernah divaksinasi Smallpox, itu sebenarnya memiliki perlindungan atau antibodi terhadap virus Monkeypox, karena virusnya sama," ujarnya.

Menurut Budi antibodi tersebut menjadi salah satu alasan mengapa kejadian Monkeypox di Asia relatif lebih rendah dibandingkan di Eropa."Karena di Eropa mereka eliminasi Smallpox lebih dulu, sehingga proteksinya relatif dihentikan lebih cepat dibandingkan dengan di Asia," katanya.

 

Terkait pengobatan terhadap pasien Monkeypox, kata Budi, cukup dengan obat-obatan yang masih relevan dengan cacar biasa. Yang terpenting adalah mengantisipasi agar virus Monkeypox tidak memicu infeksi lanjutan berupa penyakit Penumonia atau Meningitis.

Budi mengatakan laju kematian pada pasien Monkeypox di dunia berkisar 0,02 persen atau setara 13 jiwa dari sekitar 48.000 pasien di 94 negara. Terbanyak di Afrika."Kematiannya bukan karena virus Cacar Monyet. Biasanya infeksi menyebabkan secondary infection, bisa Pneumonia (infeksi paru-paru) atau Meningitis (infeksi otak)," katanya.

Kasus Monkeypox terbanyak di Asia dilaporkan dari Australia dan Singapura. Sedangkan kalau kawasan di luar Asia adalah Amerika dan Eropa.

Sementara situasi di Indonesia dilaporkan terdapat 42 kasus diduga Monkeypox yang dihimpun Kemenkes, satu di antaranya terkonfirmasi Monkeypox, 38 terkonfirmasi bukan Monkeypox dan tiga lainnya sedang dalam proses penelitian.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement