Jumat 26 Aug 2022 20:06 WIB

Sungai Kota Bandung Dapat Kiriman 13 Ton Sampah Per Hari

Di Sungai Citarum, tercatat ada sekitar 1.500 ton sampah dari 12 kabupaten/kota

Rep: dea alvi soraya/ Red: Hiru Muhammad
Seorang anak bermain sembari memungut sampah di aliran Sungai Cikapundung, Kota Bandung, Jumat (17/12). Aksi bersih sungai yang bertajuk Cleanup Day tersebut merupakan bentuk kepedulian sekaligus salah satu upaya edukasi kepada warga dalam menjaga kebersihan sungai. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Seorang anak bermain sembari memungut sampah di aliran Sungai Cikapundung, Kota Bandung, Jumat (17/12). Aksi bersih sungai yang bertajuk Cleanup Day tersebut merupakan bentuk kepedulian sekaligus salah satu upaya edukasi kepada warga dalam menjaga kebersihan sungai. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG—Sebagai wilayah perlintasan sungai, Kota Bandung menjadi daerah yang langganan mendapat kiriman sampah dari wilayah lain, terutama kota-kota di Cekungan Bandung. Keberadaan 46 sungai dan anak sungai di Kota Bandung, mayoritas berada dalam kondisi kritis, baik karena timbunan sampah hingga pergeseran sedimentasi tanah yang membuat akses air menyempit. 

Di Sungai Citarum, tercatat ada sekitar 1.500 ton sampah dari 12 kabupaten/kota yang dibuang ke Sungai Citarum setiap harinya. Kondisi ini tentu akan memperburuk ekosistem Laut Jawa, dimana aliran sungai akan bermuara, padahal Laut Jawa merupakan spot penangkapan ikan komersial. 

Baca Juga

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan, setiap harinya, setiap unit pelaksana teknis (UPT) DSDABM bertugas mengangkut sampah, baik di saluran pembuangan (drainase) maupun sungai. Khusus untuk mengangkut sampah sungai, DSDABM mengerahkan tiga alat berat jenis Dump Truk dengan kapasitas 4 ton. 

“Kita tuh kan setiap UPT untuk drainase jalan, setiap upt satu truk dan itu ada enam upt, kalau sampah sungai itu per harinya tiga dump truck. Per truck nya 4 ton jadi total 13 ton per hari,” kata Didi saat ditemui di sekitar bantaran Sungai Cikapundung, Kota Bandung, Kamis (26/8/2022). 

Menumpuknya sampah di sungai, kata dia, bukan hanya berasal dari sampah rumah tangga warga di sekitar bantaran sungai, namun juga kiriman dari wilayah-wilayah sekitar Bandung. Dia mengatakan, jenis sampah yang ditemukan cukup bervariatif, mulai dari sampah plastik, hingga organik.  “Yang paling banyak itu dari aliran sungai Cisalatri, Citareup, Ciwaru, itu banyak juga sampahnya dan rutin pembersihannya,” kata dia. 

Pelaksana tugas (Plt) Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung Erick M Ataurik mengatakan, kiriman sampah sungai merupakan hal yang tidak aneh terjadi, mengingat posisi geografis Kota Bandung yang berada di tengah antara wilayah hulu maupun hilir. Untuk menanggulangi persoalan ini, perlu adanya peningkatan kerja sama dan sinergi lintas daerah demi menjaga kebersihan dan ekosistem sungai.

“Posisi kota bandung kan di tengah. Jadi di atas utaranya ada bandung barat, di ujungnya di ujungnya ada kabupaten bandung dan sebagainya. Selain kerja sama lintas daerah, perlu juga meningkatkan edukasi masyarakat, berkolaborasi dengan komunitas untuk mengoptimalkan daya dukung lingkungan yang ada, agar sungai bisa dipertahankan kebersihannya, syukur-syukur bisa dikembangkan,” kata dia. 

Pemerintah, kata dia, tidak mampu bergerak sendiri untuk menjaga kebersihan dan ekosistem sungai, sehingga dukungan komunitas pecinta lingkungan justru menjadi tombak kelestarian ekosistem sungai di Kota Bandung. “Pemerintah hanya mendukung dan mengakselerasi program dan kegiatan komunitas yang sebenarnya sudah sangat lama eksis, dan ini sangat bagus dan perlu diapresiasi,” sambungnya. 

Adapun upaya yang dilakukan pemerintah, kata dia, adalah memaksimalkan fungsi tempat pembuangan sampah (TPS) di sekitar bantaran sungai, agar sampah yang telah terangkut dapat diolah dan dimanfaatkan. Dia juga mengingatkan bahwa sulit untuk mendeteksi asal dan pemilik sampah yang memenuhi sungai, maka perlu adanya kesadaran masing-masing dari warga untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke sungai. 

“Kita sekarang sedang proses edukasi untuk meng-reduce volume sampah di sungai karena sampah kan tidak ber-KTP jadi kta tidak bisa lihat ini sampah siapa dan darimana, jadi edukasi terus digancarkan, minimal masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai tidak lagi membuang sampahnya ke sungai, kita siapkan TPS-TPS  terpadu, mulai dari pengelolaan dan pemanfaatan sampahnya,” pungkas dia.  

Sementara itu, Ketua Komunitas Sungai Cikapundung-Cikalapa (Cika-cika) Mamat Rosidi mengatakan, seluruh anggota komunitas yang berjumlah sekitar 30 orang itu rutin melakukan ‘bersih-bersih’ sungai. Kerja bakti sukarela itu biasanya dilakukan setiap Sabtu dan Ahad, mengingat mayoritas anggota komunitas masih berusia produktif, baik pelajar maupun pekerja.  

“(bersih-bersih sungai) ini merupakan inisiatif kami demi menjaga kebersihan sungai, semuanya dilakukan secara sukarela,” kata pria yang akrab disapa Abah Gufron itu.  

Saat ditanya mengenai kesulitan dan tantangan untuk menjaga sungai, pria paruh baya yang telah mengabdikan dirinya selama satu dekade terakhir untuk melestarikan ekosistem sungai Cika-cika ini mengaku cukup sulit untuk mengarahkan warga agar tidak membuang sampah ke sungai.

“Sering sekali saat kita lakukan bersih-bersih sungai, ada warga yang sengaja buang sampah ke sungai. Kami memang tidak bisa melarang warga, makanya selama ini kami fokus bersih-bersih saja,” ujarnya. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement