REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan A, Deddy Darmawan Nasution, Haura Hafizhah
Harga komoditas telur ayam belakangan ini mengalami kenaikan harga hingga mencapai Rp 30 ribu per kilogram (kg). Di beberapa daerahnya harganya bahkan bisa lebih dari Rp 30 ribu per kg.
Saat memantau harga sembako di Pasar Al Mahirah, Banda Aceh, Jumat (19/8/2022) pekan lalu, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut penyebab kenaikan harga telur ayam hingga Rp 30 ribu per kilogram karena Kementeria Sosial (Kemensos) membeli telur dalam jumlah banyak untuk dibagikan kepada masyarakat. Pembelian telur dalam jumlah banyak itu membuat permintaan naik, yang pada akhirnya mengakibatkan lonjakan harga.
"Telur itu kenapa mahal karena ada program dari Kemensos bagi-bagi sosialnya itu dalam bentuk telur. Jadi ada satu waktu mesannya itu banyak sekali, sehingga harga naik," kata Zulkifli yang merupakan ketua umum PAN itu.
Namun, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini hari ini merespons tudingan yang dilontarkan Zulkifli Hasan. Risma mengatakan, pihaknya tak pernah menyalurkan telur ayam dalam program bantuan sosial (bansos).
"Yang jelas saya nggak bantu telur, karena tidak mungkin. Bagaimana cara membagikan telur kepada jutaan penerima, pecah telurnya sampai sana," kata Risma kepada wartawan di Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Menurut Risma, tudingan itu tak masuk akal. Sebab, jumlah warga miskin penerima bantuan Program Sembako/Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) ada 18 juta orang. Jika satu orang mendapat 1 kilogram telur saja, tentu jumlah telur yang dibutuhkan sudah 18 juta kilogram.
Risma mengatakan, pihaknya selama ini menyalurkan Bansos Sembako dalam bentuk uang. "Kalau warga beli telur, itu kan haknya mereka. Karena begitu diserahkan uang, ya mereka beli sesuai kebutuhannya," ujarnya.
Karena itu, Risma mengaku tak mengerti dengan tudingan yang dilontarkan Mendag Zulkifli Hasan tersebut. "Saya nggak tahu ya, apa yang disampaikan (Mendag Zukifli), saya nggak ngerti," ujar politisi PDIP itu.
Adapun, Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Senin (22/4/2022) menyampaikan, kenaikan harga telur hanya sementara karena dipicu oleh dampak musiman. Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag, Isy Karim, mengatakan, berdasarkan pemantauan Kemendag, harga telur ayam ras saat ini naik signifikan hingga 5,12 persen dari bulan lalu menjadi Rp 30.800 per kg.
"Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan musiman permintaan yang naik akibat maraknya perayaan Kemerdekaan di bulan Agustus," kata Isy Karim kepada Republika, Senin.
Di sisi lain, bulan ini pemerintah juga merealisasikan bantuan sosial secara serentak di Pulau Jawa. Alhasil, permintaan terhadap telur mengalami kenaikan tinggi.
"Sementara penyesuaian produksi telur relatif tidak bisa cepat karena perlu waktu empat sampai lima bulan," katanya menambahkan.
Terlepas dari dampak musiman itu, Isy menekankan, industri peternakan layer secara umum menghadapi tekanan biaya produksi yang masih tinggi. Situasi itu berdampak pada kapasitas produksi agregat peternak yang belum dapat kembali kepada kondisi seperti sebelum pandemi.
Dengan tantangan itu, permintaan produk unggas beberapa waktu terakhir kerap kali naik turun. Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional, rata-rata harga telur ayam ras secara nasional hingga Senin (22/8/2022) pagi sebesar Rp 29.220 per kg. Tren harga mengalami kenaikan sejak pekan lalu.
"Kemendag menilai kenaikan harga telur akan bersifat temporer dan menjadi berkah bagi peternak telur di bulan kemerdekaan," katanya.