REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bangsa Indonesia dengan keanekaragama budaya, bangsa, bahasa, warna kulit hingga agama. Perbedaan beraneka ragam kemudian menjadi satu wadah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bangsa Indonesia saat ini sudah memasuki usia 77 Tahun. Tentu tugas masyarakat Indonesia semakin berat mempertahankan kebhinekaan dari ancaman ideologi lain terlebih di tengah era digital.
Lembaga Penyiaran Publik (LPP RRI) menggelar Talkshow Beranda Nusantara, Senin (22/8/2022). Tema yang diangkat "Kebhinekaan Sebagai Ciri Kemerdekaan Indonesia".
Putri Bungsu Mohammad Hatta, Halida Nuria Hatta menilai Pancasila menjadi kekuatan Indonesia saat penyimpangan terjadi. Ia juga mengungkapkan Pancasila merupakan jalan yang lurus dikarenakan Indonesia mempunyai sila ketuhanan.
"Pancasila kata Bung Hatta saat ada suatu deviasi maka ada kekuatan gaib yang mengendalikan. Berbagai turbulensi dengan adanya Pancasila membuat kita bangkit kembali," katanya saat Talkshow Beranda Nusantara di RRI Jakarta.
Menurutnya, jika situasi Indonesia kacau, seperti ada kekuatan gaib yang mengembalikan otomatis ke Pancasila. Untuk itu, masyarakat Indonesia harus memiliki rasa sejarah, dan memiliki rasa keberagaman.
Sementara menurut, Pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Mudji Sutrisno, jalan budaya menjadi cara terbaik dalam merawat kebhinekaan. Pernyataan soal jalan budaya itu dilontarkannya ketika ditanya apakah seni bagian dari roh kebhinekaan bangsa Indonesia.
Karena apa yang dihasilkan dari giat budaya itu mampu mempertontonkan keberagaman Indonesia, seperti halnya peringatan Hari Kemerdekaan di Istana Merdeka. "Iya jalan budaya adalah jalan merawat kehidupan, dan merayakannya. Di dalamnya terdapat seni, dan budaya yang beraneka ragam," kata Romo Mudji, panggilan akrabnya.
Romo Mudji yakin seandainya Indonesia melewati, dan melalui jalan budaya ini dengan baik, maka tidak akan terseok-seok. Sebab, tidak ada cara lebih bijak daripada jalan budaya.
"Jalan politik tanpa moral, kita akan rusak. Jalan ekonomisasi hanya memunculkan nilai-nilai ekonomi. Namun jalan seni budaya, akan membuat kita bisa merawat semuanya," ujar Romo Mudji.
Senada dengan kedua narasumber, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komaruddin Hidayat setuju pancasila memiliki makna terdalam. Menurutnya, Pancasila dan cita-cita kemerdekaan mempunyai visi yang sejalan terhadap masa depan Indonesia.
"Sebuah bangsa besar harus punya imajinasi mimpi besar. Mimpi besar ini yang hendaknya jadi satu amanat cita-cita yang harus dipenuhi," ujarnya dalam Talkshow Beranda Nusantara: Bahas Kebhinekaan Indonesia di RRI, Jakarta, Senin (22/8/2022).
Menurutnya, ada beberapa hal yang harus direalisasikan dari amanah Founding Fathers. Di antaranya, mencerdaskan, menyejahterakan, hingga memberikan kedamaian bagi masyarakat.
"Pancasila itu sangat mengagumkan, dimulai dari ketuhanan. Ujungnya menicptakan keadilan, jadi antara pancasila dan mimpi sangat sejalan," ucapnya.
Talkshow itu juga membahas situasi Indonesia saat Pandemi covid-19. Deputi V Kantor Staf Presiden RI Jaleswari Pramodhawardani mengatakan, pandemi Covid-19 mengajarkan Indonesia dua hal.
Pertama, gotong royong yang muncul di Tanah Air. Kedua, Indonesia dapat membuktikan kepada dunia dengan kepemimpinan di Presidensi G20.
"Kita tidak pernah menyangka modal sosial kita gotong royong itu muncul dengan dahsyatnya. Dan itu bukan hanya milik orang-orang yang tinggal di pulau Jawa saja," kata Jaleswari.
Ia mencontohkan seperti Jogo Tonggo (inovasi pemberantasan Covid-19, berbasis kewilayahan di Jawa Tengah). Menurutnya, daerah memiliki cara sendiri untuk menghadapi Covid-19.
"Tetapi itu semua keunikkan daerah untuk menghadapi Covid itu di tingkat masyarakat itu luar biasa sekali. Dan kemudian di tingkat pemerintahan juga memang solidaritas bukan terjadi antara masyarakat sesama masyarakat," ujarnya.
"Tetapi bagaimana pemerintah dengan masyarakat, kemudian DPR dan lain-lain. Semua pemangku kepentingan itu bergerak bersama untuk bagaimana menghadapi Covid ini," ucapnya.
Selain itu, Indonesia juga mendapat apresiasi dunia dengan menjadi negara nomor lima terbaik dalam penanganan Covid-19. "Dan kemudian belum lagi prestasi-prestasi seperti swasembada pangan," ujarnya.
Ia pun meminta pandemi dijadikan momentum pintu masuk bahwa Indonesia memiliki sesuatu yang luar biasa. "Bisa menjadikan itu sebuah bangsa yang bukan saja kuat di nasional. Tetapi bagaimana masyarakat dunia mengapresiasi kita," ujarnya.