Jumat 19 Aug 2022 21:39 WIB

IDAI Terangkan Alasan tak Sekolahkan Anak Bila Batuk Pilek

Gejala Covid-19 di anak bisa bervariasi tak hanya di sistem pernapasan.

Orangtua menjemput anaknya usai mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) saat hari pertama masuk sekolah di SD Negeri Anyelir I, Depok, Jawa Barat, Senin(18/7/2022). Sejumlah sekolah di Depok, Jawa Barat mulai menjalani pembelajaran tatap muka (PTM) di tahun ajaran baru 2022/2023. Kegiatan hari pertama tersebut diisi dengan pengenalan lingkungan sekolah, dasar pancasila, pramuka dan ekstrakurikuler yang berlangsung selama 3 hari mulai Senin (18/7) hingga Rabu (20/7/) mendatang. Republika/Thoudy Badai
Foto:

IDAI menyoroti pula soal dampak learning loss. Orang tua diminta untuk turut mengawal pendidikan anak demi menekan risiko potensi learning loss pada masa pandemi Covid-19. Learning loss ternyata masih rentan terjadi meski anak sudah kembali belajar di sekolah.

"Seberapa pun umur anak, cara terbaik keluarga mengurangi daripada dampak learning loss ini adalah membuat suasana yang nyaman dan menyenangkan selama dia di rumah maupun di sekolah," ujar Ketua UKK Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI, Dr dr Ahmad Suryawan, Sp.A(K).

Ia mengemukakan learning loss merupakan situasi ketika peserta didik mengalami penurunan pengetahuan dan kemampuan (knowledge and skill) karena adanya diskontinuitas atau terinterupsinya proses pembelajaran karena pandemi Covid-19. "Yang kita perangi sekarang adalah learning loss, bukan PTM atau PJJ-nya," kata Ahmad Suryawan.

Ia menambahkan, keluarga dapat membuat potensi learning loss akan semakin kecil kalau mampu memberikan daya kreativitas yang tinggi selama pengajaran. "Guru mempunyai keterbatasan karena harus memperhatikan banyak murid, tapi orang tua punya potensi tersendiri dalam arti adalah untuk mendekati anak secara personal," tuturnya.

Sementara itu epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, riset terbaru menunjukkan bahwa anak-anak secara signifikan lebih mungkin mengalami ensefalitis, epilepsi, perdarahan intrakranial, stroke setelah Covid-19 dibandingkan dengan infeksi pernapasan lainnya. Ia pun meminta agar masyarakat tidak abai dalam mitigasi pencegahan Covid-19 pada anak.

"Kita akan menempatkan posisi anak dalam bahaya jika abai dan mengakhiri semua mitigasi (3T, 5M, Vaksinasi) infeksi SARS-CoV-2. Ancaman tsunami long Covid nyata. Lindungi diri Anda dan keluarga Anda dengan divaksinasi dan booster, kenakan masker berkualitas tinggi, tingkatkan ventilasi, sirkulasi dan menyaring udara," tegas Dicky dalam keterangannya kepada Republika, Jumat (19/8/2022).

Dicky mengingatkan potensi long covid bukan hanya mengancam pada orang dewasa tetapi juga pada anak-anak. Bahkan, proporsi dari penyintas anak dan dewasa yang berpotensi mengalami long Covid-19 di angka sama, yaitu sebesar 20 persen.

“Dan ini besar, apalagi kalau melihat komposisi penduduk kita atau jumlah penduduk kita yang besar ya di atas 200 juta, hampir 300 juta," ujarnya.

Dicky menjabarkan, bila 20 persen diambil dari separuh jumlah penduduk Indonesia yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 dan berulang, maka jumlahnya akan sangat besar. Dengan kondisi seperti itu, sangat berpotensi membebani pembiayaan kesehatan pada 5-10 tahun ke depan, termasuk menurunkan kualitas dari kesehatan manusianya.

“Ini sangat serius ya, bahwa ancaman namanya pandemi Covid-19 ini tidak selesai atau dampaknya itu tidak selesai hanya ketika kasus melandai, hanya ketika kurva atau gelombang atau puncak terlewati, hanya ketika status pandemi dicabut," tegasnya.

Dicky melanjutkan, bila Indonesia tetap mengabaikan mitigasi pencegahan Covid-19 dan tidak meminimalkan penularannya, bukan tidak mungkin tsunami long Covid-19 akan dialami oleh bangsa ini. "Dan ini yang harus kita cegah, kita tidak mau menjadi bangsa yang sakit atau generasi penerus kita yang menjadi sakit ya, bolak-balik ke rumah sakit. Mau bagaimana nanti negara ini mengisi kemerdekaannya?" tegasnya lagi.

Oleh karenanya mitigasi mulai dari 3T, 5M dan vaksinasi Covid-19 hingga tiga dosis merupakan hal yang penting untuk terus dilakukan. Pemerintah, sambung Dicky, juga harus mempersiapkan bagaimana mekanisme proteksi pada anak-anak yang baru lahir dan yang baru memenuhi syarat untuk vaksinasi.

“Itu harus ditanggung negara, karena itu berbahaya kalau tidak diberikan proteksi. Ancaman tsunami long covid nyata. Lindungi diri Anda dan keluarga Anda dengan divaksinasi dan booster, kenakan masker berkualitas tinggi, tingkatkan ventilasi, sirkulasi dan menyaring udara," tegasnya.

photo
Tanda Bahaya Covid-19 pada Anak - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement