Jumat 19 Aug 2022 14:38 WIB

Persaingan Airlangga dan Prabowo di Pilpres Dinilai Bisa Kompetitif

Prabowo dan Airlangga telah diusulkan partainya menjadi capres.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) berbincang dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kedua kanan) sebelum mengikuti rapat kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/6/2022). Rapat kabinet paripurna tersebut membahas antisipasi krisis pangan dan energi.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) berbincang dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kedua kanan) sebelum mengikuti rapat kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/6/2022). Rapat kabinet paripurna tersebut membahas antisipasi krisis pangan dan energi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum partai Golkar Airlangga Hartarto sama telah diusulkan menjadi capres pada 2024. Keduanya diplih berdasarkan Rapimnas masing-masing partai.

Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN) Wasisto Raharjo Jati menilai, keduanya selangkah lebih maju untuk menjadi capres definitif. Sebab, keduanya telah dicalonkan oleh partainya masing-masing.

Baca Juga

"Partai masih menjadi penentu akhir bagi figur yang hendak dicapreskan. Terlebih lagi bagi ketua umum sebuah parpol besar, maka kakinya sudah maju selengkah dalam nominasi capres definitif. Artinya seberapa populer seorang figur namun tidak punya tiket nominasi dari partai politik dan koalisinya, maka akan  sulit," kata Wasisto saat dihubungi, Jumat (19/8/2022).

Menurut Wasisto, jika nanti keduanya akan bertarung di Pilpres 2024 persaingan akan berjalan kompetitif. Hal itu mengingat keduanya berasal dari dua partai besar dan terlebih kini juga menjabat pos kementerian penting.

Namun begitu, Wasisto tak mengelak jika nantinya kedua partai akan berkoalisi. Peluang berkoalisi kata Wasisto terbuka lebar. 

"Peluang itu ada, namun yang penting diperhatikan adalah bagaimana membuat manajemen konflik bagi parpol besar ini. Tentunya ego masing parpol apalagi parpol besar tentu adalah suatu realita. Hal ini yang perlu dikondisikan sebelum membuat koalisi super," kata Wasisto.

Selain itu kata Wasisto, dengan mengandeng partai berbasis Islam dalam koalisi masing-masing dinilai akan berkontributif nantinya. Kata Wasisto, partai islam menjadi strategi memenangkan hati pemilih muslim sebagai pemilih dengan segmen terbesar. 

"Kalau bicara kontribusi, maka perlu dilihat kembali, segmen pemilih muslim mana yang disasar lewat representasi parpol islam yang menjadi mitra," kata Wasisto.

Selain itu, Wasisto menyebut saat ini pekerjaan yang terbesar bagi Airlangga memaksimalkan mesin partai agar satu suara dalam mendukung Airlangga.  Apalagi Golkar saat ini adalah partai yang sangat mapan infrastuktur politiknya dengan jaringan meluas seluruh Indonesia.

"Ini tentunya menjadi modal penting," kata Wasisto. 

Sementara untuk Prabowo, Wasisto memberi masukan agar narasi atau pesan kampanye yang solutif dan lebih mengena pada kebutuhan riil pemilih. Terlebih lagi populasi terbesar pemilih nanti didominasi anak muda yang galau soal pekerjaan, penghasilan, maupun perumahan. 

"Ketiga isu menarik apabila diangkat menjadi narasi utam," katanya. 

Senada dengan Wasis, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai keduanya mempunyai kans maju di Pilpres 2024. Apalagi keduanya telah memiliki koalisi masing-masing yang mencukupi syarat presidential threshold sebesar 20 persen. 

"Gerindra dengan PKB. Serta Golkar, PPP, dan PAN dengan Koalisi Indonesia Bersatunya," kata Adi saat dihubungi, Kamis, 18 Agustus 2022. 

Menurut Adi, KIB bisa dipastikan bakal mengusung Airlangga di Pilpres 2024. Apalagi Golkar sebagai pemilik kursi terbanyak kedua, Golkar dianggap punya kekuatan untuk mengusung Airlangga. 

 "Entah sebagai capres atau cawapres. Apalagi pilpres lalu Golkar tidak punya kandidat," kata Adi.

Begitu pula koalisi Partai Gerindra yang mendukung Prabowo sebagai capres. Dengan berkoalisi dengan PKB, koalisi itu sudah mencukupi ambang batas megusung capres.

Adi juga menilai, keduanya berpeluang berkoalisi. Apalagi Partai Gerindra, PKB, Golkar, PPP, dan PAN merupakan satu kubu di pemerintahan. 

 "Sebelum putaran resmi dan pendaftaran ke KPU semua bisa berubah. Kan tinggal negosiasinya, siapa capres dan cawapresnya, partai pendukungnya dapat apa. kan gitu dalam politik," kata Adi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement