Selasa 16 Aug 2022 13:10 WIB

KSP: Busana Adat Bangka Belitung Lambang Kerukunan Budaya Indonesia

Busana adat Bangka Belitung merupakan busana yang mengalami perpaduan budaya.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Fuji Pratiwi
Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat Paksian dari Bangka Belitung menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya saat menghadriri Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR - DPD Tahun 2022, di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022).
Foto: ANTARA FOTO/HO-Setpres-Agus Suparto
Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat Paksian dari Bangka Belitung menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya saat menghadriri Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR - DPD Tahun 2022, di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo dan Iriana Jokowi menghadiri Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI tahun 2022 di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Selasa (16/8/2022). Seperti tahun-tahun sebelumnya, Jokowi tampak mengenakan busana adat daerah saat berpidato di Gedung Nusantara.

Dalam kesempatan kali ini, Jokowi memilih Baju Paksian asal Provinsi Bangka Belitung, yang didominasi warna hijau dan memiliki motif pucuk rebung.

Baca Juga

"Motif pucuk rebung melambangkan kerukunan. Pemilihan warna hijau karena mengandung filosofi kesejukan, harapan, dan pertumbuhan," kata Jokowi, dikutip dari siaran pers KSP.

Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Agung Hardjono menyampaikan, busana adat daerah Bangka Belitung merupakan salah satu busana adat tradisional yang mengalami perpaduan budaya, yakni budaya masyarakat Arab, China, dan Melayu. Akulturasi budaya tersebut terjadi, karena pada masa silam wilayah sekitar Bangka Belitung merupakan wilayah yang sering dikunjungi oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia, saat melakukan perjalanan laut (pelayaran) dan perdagangan.

Menurut Agung, busana adat daerah Bangka Belitung menggambarkan bagaimana berbagai budaya bisa disatukan dan diselaraskan dalam satu wadah karya seni berupa desain pakaian yang begitu anggun.

"Hal ini juga menggambarkan bagaimana Indonesia yang terdiri dari berbagai Suku, Bahasa, Agama, dan perbedaan-perbedaan lain, bisa disatukan dalam sebuah tatanan bernegara, yakni NKRI," kata Agung.

Agung juga menuturkan, bahwa penggunaan busana adat menumbuhkan kebanggan dan kecintaan kepada bangsa. Melalui busana adat, tidak ada lagi sekat-sekat atau batas antara satu golongan dengan golongan lain.

"Dengan berbusana adat semua setara dan seimbang, tidak ada kalah atau menang. Ini yang ingin dicontohkan dan diajarkan oleh Presiden Jokowi," kata dia.

Seperti diketahui, mengenakan pakaian adat saat menghadiri sidang tahunan MPR menjadi kebiasaan Presiden Jokowi. Pada 2017, Presiden mengenakan pakaian adat Bugis berupa setelan adat lengkap dengan songkok warna emas atau bernama songkok Ta Bone.

Pada 2019, orang nomor satu di Indonesia itu mengenakan busana adat Sasak asal Nusa Tenggara Barat (NTB). Kemudian, pada 2020, Presiden mengenakan pakaian adat Sabu Raijua asal Nusa Tenggara Timur (NTT), dan pada 2020 pakaian adat yang dipilih oleh Presiden, yakni baju adat urang Kanakes dari suku Badui.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement